Selasa 21 Feb 2023 13:45 WIB

Suku Badui Akhirnya Punya Masjid Berteknologi Modular

Masjid Salman Al-Hijrah menjadi awalan peradaban dan pusat aktivitas mualaf badui. 

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Masjid Salman Al-Hijrah merupakan masjid berteknologi modular yakni inovasi masjid ramah lingkungan yang berbahan dari kayu. Pembangunan masjid, dilakukan oleh Wakaf Salman yang bekerja sama dengan Baitul Wakaf.
Foto: Istimewa
Masjid Salman Al-Hijrah merupakan masjid berteknologi modular yakni inovasi masjid ramah lingkungan yang berbahan dari kayu. Pembangunan masjid, dilakukan oleh Wakaf Salman yang bekerja sama dengan Baitul Wakaf.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Masyarakat Suku Badui yang tinggal di wilayah Pegunungan Kendeng, di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, akhirnya memiliki masjid. Bahkan, Masjid bernama Masjid Salman Al Hijrah ini nenggunakan teknologi modular. 

Wilayah Suku Badui sendiri masuk ke dalam administratif Desa Kanekes. Suku Badui adalah sub-etnis Suku Sunda yang terbagi menjadi suku Badui Luar dan Badui Dalam. 

Baca Juga

Masyarakat Badui dalam masih membatasi aktivitas dan pengaruh teknologi dari luar, mayoritas keyakinan masyarakat Badui Dalam masih menganut sistem kepercayaan leluhur. Namun, masyarakat Badui Luar mulai terbuka dengan teknologi hingga syiar Islam.

Masjid di kawasan Badui yang baru diresmikan ini, terletak di Kampung Cakuem, Desa Nayagati, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten

Masjid Salman Al-Hijrah merupakan masjid berteknologi modular yakni inovasi masjid ramah lingkungan yang berbahan dari kayu. Pembangunan masjid, dilakukan oleh Wakaf Salman yang bekerja sama dengan Baitul Wakaf. 

Menurut Manajer Wakaf Salman, Ryan Faisal, teknologi modular dipilih karena potensi utama hasil Desa Cakuem yang merupakan kayu. Masjid Salman Al-Hijrah ini, kata dia, menjadi awalan peradaban dan pusat aktivitas mualaf badui. 

"Apalagi, sesaat lagi bulan Ramadan, jadi diharapkan aktivitas keagamaan di Kampung Cakueum menjadi hidup," ujar Ryan dalam siaran persnya, Selasa (21/2).

Menurutnya, teknis pembangunan masjid modular terbilang mudah. Karena, proses pembangunan masjid modular dilakukan dengan bongkar pasang kayu yang sudah dirancang khusus. Masjid Wakaf Berteknologi Modular ini seperti bangunan “lego” dan waktu pengerjaannya pun lebih singkat, tidak sampai menahun.

Selain itu, kata dia, lokasi pemukiman yang berjarak dan akses yang terjal, membuat warga kesulitan air. Di hari yang sama, Wakaf Salman turut meresmikan sumber air bersih berupa Sumur Bor di Kampung Ciater, Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

“Alhamdulillah ini merupakan rencana yang sudah diimplementasikan secara baik. Di mana Masjid hadir di lingkungan masyarakat Badui. Setelah bertahun-tahun menginginkan adanya masjid, Insya Allah masjid ini akan terus dimakmurkan kedepannya. Jadi yang berkontribusi, berwakaf, berdonasi akan dapat amal kebaikannya," paparnya.

Menurut salah satu warga Kampung Cakuem, Rumani, sekarang warga punya masjid yang lebih dekat dengan tempat tinggal. Padahal, dulu ke masjid lain jaraknya sekitar 15 menit dari tempat tinggal.

“Insya Allah kalau udah ada masjid yang dekat, ingin ada kegiatan tarawih, ngaji, shalawatan di bulan puasa nanti,” kata Rumani.

Mewakili Bupati Kab Lebak, Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Iyan Fitriyana menyampaikan, terima kasih karena telah mendukung program keagamaan dari pemerintah Kabupaten Lebak.

“Semoga masjid dengan konsep modular ini dapat dikembangkan dan dibangun di daerah-daerah pegunungan yang sulit akses, serta memaksimalkan potensi kayu yang tersedia di sini," kata Iyan.

“Sekali lagi kami sangat senang karena peran pemerintah juga perlu dibantu oleh lembaga filantropi untuk menjangkau daerah-daerah yang perlu untuk dijalankan program keagamaan," imbuh Iyan Fitriyana.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement