Rabu 22 Feb 2023 06:54 WIB

Dolar Bertahan pada Kenaikan Moderat, Didukung Data AS yang Kuat

Aktivitas bisnis di AS pada Februari melonjak ke level tertinggi delapan bulan.

Petugas menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada penutupan perdagangan Kamis (29/9/2022) sebesar 4 poin atau 0,03 persen ke level Rp15.262,50 per dolar AS. Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada penutupan perdagangan Kamis (29/9/2022) sebesar 4 poin atau 0,03 persen ke level Rp15.262,50 per dolar AS. Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar Amerika Serikat (AS) mempertahankan kenaikan moderat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (21/2/2023), didukung oleh serangkaian data ekonomi AS yang kuat. Tetapi, greenback turun terhadap pound sterling Inggris.

Aktivitas bisnis di AS pada Februari secara tak terduga melonjak ke level tertinggi delapan bulan, meningkat menjadi 50,2 dari pembacaan akhir 46,8 pada Januari, menurut sebuah survei. Pembacaan PMI (Indeks Manajer Pembelian) di atas 50 mengindikasikan ekspansi, sementara pembacaan di bawahnya menandakan kontraksi.

Baca Juga

Data ini mengikuti data yang kuat baru-baru ini pada penjualan ritel, pasar tenaga kerja dan produksi manufaktur, menunjukkan momentum yang solid dalam perekonomian di awal tahun. "Rilis PMI hari ini menunjukkan sebagian besar ekonomi AS masih terbukti lebih tangguh dari yang diperkirakan, terutama sektor jasa, tetapi pasar perumahan masih ditantang yang dibuktikan dengan penurunan mengejutkan penjualan rumah yang telah ada (existing home)," kata Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo Securities di London.

Nelson mencatat dikotomi antara indikator utama dari ekonomi AS, menunjukkan resesi masih membayangi dan indikator menunjukkan permintaan yang masih solid. Ini kemungkinan akan membuat Fed berhati-hati dan meningkatkan standar kenaikan suku bunga yang lebih agresif, menurut Nelson.

"Kecepatan pengetatan Fed yang terukur akan membatasi kenaikan dolar untuk saat ini, karena ECB dan bank sentral lainnya sedikit mengejar ketinggalan, dengan arah jangka menengah untuk dolar cenderung lebih bergantung pada jalur pertumbuhan relatif," katanya pula.

Euro turun 0,34 persen menjadi 1,0648 dolar AS, memperpanjang penurunan setelah data menunjukkan aktivitas manufaktur zona euro memburuk, meskipun kerugian terbatas setelah rebound di sektor jasa yang lebih sensitif terhadap inflasi.

Pound Inggris memperpanjang kenaikan terhadap greenback, naik 0,56 persen menjadi 1,2106 dolar AS setelah data menunjukkan kenaikan tak terduga dalam aktivitas bisnis Inggris, menunjukkan risiko resesi yang lebih kecil.

Indeks dolar AS, yang melacak mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, berada di 104,16, atau naik 0,25 persen, rebound dari penurunan awal hingga mendekati level tertinggi hari ini di 104,26.

"Kami melihat konsumen di seluruh dunia kurang sensitif terhadap suku bunga daripada yang diantisipasi," kata Adam Button, Kepala Analis Mata Uang di ForexLive di Toronto.

"Ada potensi skenario mimpi yang sedang berlangsung dimana inflasi turun perlahan, dan konsumen tetap kuat. Hampir bodoh menguraikan skenario seperti itu, tetapi sejauh ini, Anda tidak dapat membuat awal yang lebih baik untuk tahun 2023," katanya lagi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement