Rabu 22 Feb 2023 17:39 WIB

Kasus Malaria Meningkat di Jayapura, dari 24 Ribu Tahun Lalu Jadi 40 Ribu di 2023

Pemkab Jayapura terus lakukan langkah strategis adar tahun depan kasus malaria turun.

Red: Nora Azizah
Petugas Puskesmas menyemprotkan cairan penangkal nyamuk penyebab penyakit malaria ke dinding rumah warga di Kampung Arsopura, Skanto, Keerom, Papua.
Foto: ANTARA/Indrayadi TH
Petugas Puskesmas menyemprotkan cairan penangkal nyamuk penyebab penyakit malaria ke dinding rumah warga di Kampung Arsopura, Skanto, Keerom, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jayapura, Papua, menemukan peningkatan jumlah kasus penyakit malaria dari sebanyak 24 ribu di 2022, naik menjadi 40 ribu pada 2023. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura Khairul Lie, SKM, MKes, Rabu (22/2/2023), mengatakan, dari jumlah penemuan kasus malaria pada 2023 ini, pihaknya akan terus melakukan langkah-langkah strategis agar 2024 angka malaria menurun.

"Kami berharap dengan penemuan kasus yang begitu banyak, maka penularannya dapat diminimalisasidan angka malaria menurun," katanya.

Baca Juga

Menurut Khairul, pada 2022, Dinkes telah melatih 300 kader guna mempercepat penemuan kasus malaria dan menekan jumlahnya. "Dengan kata lain, kader merupakan perpanjangan tangan dari dinas kesehatan yang bertugas di kampung-kampung," ujarnya.

Dia menjelaskan, pihaknya juga selalu melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua dan Kementerian Kesehatan terkait ketersediaan obat malaria agar selalu ada. "Dari hasil pemantauan terkait ketersediaan obat malaria saat ini sangat cukup," kata KhairulLie.

Sementara itu berdasarkan data dari website https://dinkes.jayapurakab.go.id/ disebutkan malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di Kabupaten Jayapura dan menduduki peringkat ketiga pada 2021 sebagai daerah dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia.

Kabupaten Jayapura memiliki Annual Parasite Incidence (API) sebesar 193,3 persen, Annual Blood Examination Rate (ABER) 57,86 persen dan Slide Positive Rate (SPR) 33 persen setelah Keerom, Sarmi juga Mimika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement