REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) mengutuk aksi serangan pasukan Israel di Nablus, Tepi Barat, Rabu (22/2/2023). Dalam peristiwa tersebut, sedikitnya 10 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya mengalami luka-luka.
“(Arab Saudi) menegaskan penolakan total Kerajaan terhadap pelanggaran berat hukum internasional oleh pasukan pendudukan Israel, menekankan seruannya pada komunitas internasional memikul tanggung jawabnya untuk mengakhiri pendudukan, menghentikan eskalasi dan agresi Israel, serta memberikan perlindungan yang diperlukan bagi warga sipil,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arab Saudi dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya.
UEA pun mengecam tindakan agresif pasukan Israel terhadap warga Palestina di Nablus. “(UEA) menekankan pentingnya mendukung semua upaya regional dan internasional untuk memajukan proses perdamaian di Timur Tengah, serta mengakiri praktik ilegal yang mengancam tercapainya solusi dua negara serta mendirikan negara Palestina merdeka pada perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” kata Kemenlu UEA.
Pada Rabu lalu, pasukan Israel menggelar operasi penggerebekan di Nablus. Operasi digelar pada jam sibuk. Menurut sejumlah saksi, pasukan Israel mengepung sebuah rumah sambil menembak ke sembarang arah. Anggota Jihad Islam tampaknya menjadi target dari operasi tersebut.
Kerusuhan pecah karena warga Palestina di sekitar lokasi turut memberikan perlawanan. Mereka melempari kendaraan lapis baja Israel dengan batu. Menurut Bulan Sabit Merah di Nablus, tentara Israel mencegah ambulans mendatangi lokasi kejadian untuk mengevakuasi para korban luka. Sebanyak 10 orang tewas dalam operasi pasukan Israel. Dua di antaranya dilaporkan merupakan anggota Jihad Islam.
“Kami mengutuk penyerbuan (pasukan) pendudukan (Israel) ke Nablus dan kami menyerukan diakhirinya serangan lanjutan terhadap rakyat kami,” kata juru bicara Kantor Kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh.
Hamas turut mengecam peristiwa di Nablus dan berjanji melancarkan serangan balasan dari Jalur Gaza. “Kami di Gaza memantau meningkatnya kejahatan yang dilakukan oleh musuh terhadap rakyat kami di Tepi Barat, dan kami sudah kehabisan kesabaran,” ujar juru bicara Hamas Abu Ubaida.
Palestina telah meminta Dewan Keamanan PBB menggelar sesi darurat untuk membahas kerusuhan di Nablus. Permintaan pertemuan juga disampaikan Palestina kepada Dewan Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Dengan tewasnya 10 orang di Nablus, sepanjang tahun ini Israel telah membunuh 59 warga Palestina. Di dalamnya termasuk 11 anak di bawah umur, satu wanita, dan dua pria lansia.