REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan, hingga Rabu (22/2/2023), jumlah korban tewas akibat gempa 7,8 skala Richter yang mengguncang negaranya 6 Februari lalu telah mencapai 43.556 jiwa. Sementara puluhan ribu warga lainnya mengalami luka-luka.
“Ini adalah salah satu gempa bumi terbesar di dunia,” kata Soylu saat berbicara dalam siaran langsung dengan saluran televisi TRT Haber di Hatay, yakni salah satu provinsi yang paling parah terdampak gempa.
Dia mengungkapkan, sekitar 26 ribu rumah runtuh pada jam-jam pertama gempa. Soylu menyebut, area yang terguncang gempa seluas 110 ribu kilometer persegi.
“Ini tiga kali ukuran Belanda,” ucapnya.
Getaran kuat berpusat di Kahramanmaras dan mengguncang 10 provinsi lainnya, yakni Hatay, Gaziantep, Adiyaman, Malatya, Adana, Diyarbakir, Kilis, Osmaniye, Sanliurfa dan Elazig. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pemerintahannya akan mulai membangun lebih dari 200 ribu rumah di daerah-daerah terdampak gempa pada awal Maret. Dia berjanji menyelesaikan proses pembangunan dalam waktu satu tahun.
Sementara itu, bantuan kemanusiaan tahap ketiga dari Indonesia untuk Turki telah tiba di Bandara Adana pada Rabu, tepat pukul 24:00 waktu setempat. Rombongan Indonesia dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
“Alhamdulillah, pada malam hari ini, jam 12 tepat, kami dari Indonesia datang, rombongan Indonesia, didampingi bapak Kepala BNPB, saya mewakili Pemerintah Indonesia, diutus Bapak Presiden Jokowi untuk berkunjung sekaligus membawa bantuan tahap ketiga korban bencana alam di Turki,” kata Muhadjir dalam keterangannya kepada awak media di Bandara Adana, seperti dikutip dalam keterangan tertulis yang dirilis KBRI Ankara.
Pada kesempatan itu, Muhadjir kembali menyampaikan belasungawa mendalam bagi pemerintah dan rakyat Turki. Dia mengungkapkan, Indonesia dan Turki sedang mendiskusikan langkah-langkah berikutnya setelah masa darurat bencana berakhir. Muhadjir menekankan, Indonesia akan turut membantu Turki pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-gempa.
“Sebagaimana kita sudah biasa menangani (bencana gempa) di Indonesia, setelah tahap darurat bencana, nanti ada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Ada kemungkinan kita (Indonesia) juga akan tetap terlibat pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi,” ucapnya.