REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini teknologi canggih telah menawarkan serangkaian manfaat dalam pemantauan kesehatan. Kini orang bisa dengan mudah mengecek kondisi kesehatan mereka sambil mengobrol, minum kopi, melalui jam tangan pintar (smartwatch).
Jam tangan pintar umumnya dapat memberitahu pengguna tentang detak jantung, kadar oksigen dalam darah, dan pola tidur. Namun, sebuah studi baru dari University of Utah, AS, memperingatkan bahwa perangkat yang sudah umum digunakan tersebut, berpotensi mematikan bagi sekelompok kecil orang.
Perangkat ini dapat mengganggu perangkat elektronik implan jantung (CIED) seperti alat pacu jantung, defibrillator kardioverter implan (ICD), dan perangkat terapi sinkronisasi jantung (CRT). Hal ini berarti, teknologi yang dirancang untuk membuat pengguna memantau esehatan secara real time, malah dapat membahayakan. Temuan ini diungkap penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Heart Rhythm, seperti dikutip dari India Express, Kamis (23/2/2023).
Penulis utama dr Benjamin Sanchez Terrones, seorang insinyur komputer di University of Utah mengatakan studi ini menemukan tanda bahaya. "Kami telah melakukan pekerjaan ini dalam simulasi dan pengujian benchtop mengikuti pedoman yang diterima Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Gawai ini mengganggu fungsi CIED yang kami uji dengan benar,” kata dia.
Hasil ini memerlukan studi klinis pada masa depan untuk mengevaluasi makna temuan kepada pasien yang memakai CIED dan menggunakan perangkat yang dapat dikenakan ini. Perangkat pintar, memanfaatkan teknik penginderaan yang disebut bioimpedance, dengan memancarkan arus listrik yang sangat kecil dan tidak terlihat ke dalam tubuh.
Dr Sanchez Terrones mengatakan, penginderaan bioimpedansi menghasilkan gangguan listrik yang melebihi pedoman FDA dan mengganggu fungsi CIED yang tepat. Simulasi dan tes laboratorium menunjukkan bahwa itu dapat menyebabkan kejutan yang tidak perlu pada jantung.
Dalam kasus alat pacu jantungyang mengirimkan impuls listrik kecil ke jantung saat jantung berdetak terlalu lambat, arus listrik kecil bioimpedansi dapat mengelabui jantung untuk berpikir bahwa jantung berdetak cukup cepat. Hal ini mencegah alat pacu jantung melakukan tugasnya.
Rekan penulis Prof Benjamin Steinberg mengatakan telah memiliki pasien yang bergantung pada alat pacu jantung untuk hidup. Jika alat pacu jantung bingung karena gangguan, alat tersebut dapat berhenti bekerja selama durasi gangguan tersebut.
Kalau gangguan itu berkepanjangan, pasien bisa pingsan atau lebih parah. Selain itu, cardioverter-defibrillator implan tidak hanya berfungsi sebagai alat pacu jantung tetapi juga dapat menyetrum jantung untuk memulihkan irama jantung yang teratur.
Perangkat yang dikenakan dengan bioimpedansi dapat mengelabui defibrillator agar memberikan kejutan listrik kepada pasien, yang bisa menyakitkan. Meskipun tidak semuanya, perangkat jantung implan dilengkapi dengan peringatan tentang potensi gangguan pada berbagai perangkat elektronik karena medan magnet, seperti membawa ponsel di saku dada dekat alat pacu jantung.
Tetapi dr Sanchez-Terrones mengatakan, ini adalah pertama kalinya sebuah penelitian menemukan masalah yang terkait dengan teknologi penginderaan bioimpedansi gadget. "Komunitas ilmiah tidak tahu tentang ini. Tidak ada yang melihat apakah ini benar-benar menjadi perhatian atau tidak,” kata dia.
Meskipun penelitian ini tidak memberikan risiko langsung atau jelas kepada pasien yang memakai perangkat jam pintar, ini adalah langkah pertama untuk penelitian lebih lanjut. Tim sekarang berencana untuk melakukan lebih banyak studi dan menguji kelompok perangkat yang lebih luas.