REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemprov DKI Jakarta memiliki target pengurangan sampah dan penanganan sampah untuk tahun 2025. Maka dari itu, seluruh masyarakat di Indonesia diimbau untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.
"Pengelolaan sampah organik sisa makanan di rumah bisa dilakukan semua rumah tangga di Indonesia. Kami memiliki target pengurangan sampah sebesar 30 persen dan penanganan sampah 70 persen di tahun 2025," kata Deputi Gubernur DKI Bidang Budaya dan Pariwisata Marullah Matali di di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Ahad (26/2/2023).
Kemudian, ia melanjutkan Pemprov DKI sudah meluncurkan program pilah pilih sampah yang menerapkan konsep 3R (Reduce, Reusue, dan Recycle) dan program Samtama (Sampah Tanggung Jawab Bersama).
Program Samtama merupakan pengurangan sampah dari sumbernya melalui RW-RW percontohan. Terdapat 22 RW percontohan yang diharapkan dari waktu ke waktu akan terus bertambah. Program ini dijalankan berdasarkan Undang-Undang Nomor 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Perda Nomor 3/2013 tentang Pengelolaan Sampah.
Ia menambahkan sampah tidak hanya menjadi timbunan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tapi menjadi satu barang yang memiliki nilai guna dan nilai jual serta memberikan manfaat kepada masyarakat dan lingkungan.
"Untuk mencapai target zero waste to zero emissions, kita harus melakukan pengelolaan sampah dengan pengomposan sisa makanan di rumah," kata dia.
Ia menjelaskan jumlah sampah saat ini di DKI Jakarta tidak kurang menghasilkan 7.500 ton per hari diantara 7.500 ton itu, 50 persennya adalah sampah organik.
"Maka dari itu, masyarakat harus aktif dan memilah sampah dari sekarang agar penumpukan sampah di TPA tidak terus meningkat," kata dia.