REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Isu perihal kenaikan harga hotel di Saudi, khususnya Makkah dan Madinah, telah muncul sejak Januari lalu. Permintaan yang tinggi sebagai akibat dua tahun tidak ada umrah disebut-sebut menjadi salah satu penyebabnya.
Sekretaris Jenderal Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (HIMPUH) M Firman Taufik turut menyoroti perihal kenaikan harga ini, terlebih menjelang umrah Ramadhan. Ia menyebut, alasan lain naiknya biaya ini berkaitan dengan pemesanan kamar melalui agen perjalanan daring (OTA).
"Saudi saat ini membuka kesempatan sebesar-besarnya agar Muslim internasional bisa direct ke paket, lewat OTA mereka. Kemudian, hotel-hotel juga diajak untuk berjualan lewat OTA ini," kata dia saat dihubungi Republika Selasa (28/2/2023).
Dengan kondisi tersebut, pemilik hotel saat ini pun mulai menyadari penjualan kamar lebih gampang dan menguntungkan dari segi profit, dibanding melalui pesanan grup atau travel.
Saudi saat ini kerap dikabarkan tengah mengubah pola bisnisnya dari bisnis ke bisnis atau B to B menjadi bisnis ke konsumen B to C. Tren yang ada menunjukkan pola ini sangat dinikmati oleh Muslim asal Eropa, karena mereka sudah terbiasa melakukan pemesanan melalui daring.
"Yang tadinya hotel mengalokasikan OTA hanya 10 persen, sekarang jadi 30 persen. Nah, kami (pihak travel) yang bookingnya grup-grupan, yang notabene murah dan rewel, jadi nggak dilirik lagi. Sekarang bahasanya 'berani bayar berapa?'," lanjutnya.
Karena itu, Firman menyebut saat ini harga paket untuk umroh naik dibandingkan biasanya. Belum lagi untuk paket umroh Ramadhan, yang ia sebut bisa mencapai Rp 100 juta jika di akhir Ramadhan dan hotelnya berada di ring 1 atau dekat masjid.
Di awal Ramadhan, harga paket umrah yang ditawarkan tidak jauh berbeda dari hari biasa, kemungkinan naik 100 hingga 200 dolar AS (Rp 1,5 juta hingga 3 juta).
"Kalau Ramadhan awal 40jutaan, Ramadhan tengah mencapai Rp 50 juta. Kalau Ramadhan akhir, bicara hotel bintang 5, bisa mencapai Rp 100 juta-an," ucap Firman.
Bagi pihak travel yang biasanya menggunakan hotel bintang 3 atau 2, yang lokasinya jauh dari masjid, ia menyebut dengan biaya Rp 30 jutaan bisa untuk masa tinggal satu bulan di Saudi. Biasanya, dalam satu kamar akan diisi empat jamaah.