Rabu 01 Mar 2023 13:54 WIB

Belum Ada Studi Masuk Sekolah Jam 5 Pagi Tingkatkan Etos Kerja

Perlu ada uji coba terlebih dulu sebelum kebijakan itu diterapkan.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Yusuf Assidiq
Siswa mengikuti pembelajaran di sekolah (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Siswa mengikuti pembelajaran di sekolah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM),  Muhammad Nur Rizal, mengomentari soal kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurutnya kebijakan tersebut dinilai tidak relevan jika dikaitkan dengan tujuan untuk meningkatkan etos kerja.

"Belum pernah ada studi bahwa datang sekolah jam 5 pagi bisa meningkatkan kualitas dan etos kerja. Jika ada perlu dikaji jangan-jangan tujuannya bersifat khusus misal training camp untuk kompetisi yang durasinya pendek dan hanya untuk kalangan khusus yang terlatih, seperti atlet nasional, militer, dan lain-lain. Jadi tidak bersifat umum atau lintas kalangan. Padahal kebijakan gubernur bersifat luas dan mengikat semua sekolah, guru, murid secara umum," kata Rizal kepada Republika, Rabu (1/3/2023).

Dosen Teknologi Informasi UGM itu menilai kebijakan hukum yang khusus tidak bisa diterapkan untuk umum. Menurutnya realisasi kebijakan tersebut tetap harus mempertimbangkan kondisi psikis dan fisik murid, termasuk kondisi keluarganya.

"Apakah asupan gizinya cukup sebelum berangkat Subuh. Siapa yang mengantarkan murid yang masih belia, bagaimana jarak rumah ke sekolah, amankah kondisi jalan yang dilewatinya saat berangkat ke sekolah," urainya.