REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menyatakan, pemerintah akan terus berupaya mengendalikan inflasi jelang bulan Ramadhan dan libur lebaran. Sinergi pengendalian inflasi pun terus diperkuat melalui berbagai kebijakan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP).
"Komitmen pemerintah untuk menjaga inflasi 2023 pada rentang sasaran 2-4 persen diperkuat dengan menjaga target inflasi pangan pada kisaran tiga persen sampai lima persen. Terutama pada masa Hari Besar Keagamaan dan Nasional," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Kamis (2/3/2023).
Pemerintah, lanjutnya, senantiasa melakukan komunikasi kebijakan guna menjaga ekspektasi inflasi di masyarakat. Lalu bersama Bank Indonesia juga terus melakukan bauran kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah
untuk menjaga stabilitas harga nasional.
Febrio menambahkan, inflasi pada Februari 2023 masih terkendali di angka 5,47 persen year on year (yoy). Turun dari Januari lalu yang di 5,28 persen.
Berdasarkan komponen, inflasi inti tercatat sebesar 3,09 persen (yoy) atau melambat dibandingkan inflasi inti bulan sebelumnya 3,27 persen. Perlambatan terjadi di hampir seluruh kelompok barang non makanan dan jasa.
Hal ini selaras dengan kebijakan suku bunga yang tidak mengalami perubahan pada Februari. Inflasi pangan bergejolak (volatile food) tercatat sebesar 7,62 persen (yoy) yang dipengaruhi faktor musiman dan cuaca ekstrem.
“Untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan terutama harga beras, cabai dan bawang merah, pemerintah telah melakukan pengadaan impor dan operasi pasar,” jelas Febrio.
Dirinya melanjutkan, inflasi administered price pada Februari 2023 ini berada di level 12,24 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan Januari 2023 yang sebesar 12,28 persen.
Tarif angkutan udara pun mengalami penurunan. Itu seiring harga avtur yang melemah dan masuknya low season.