Kamis 02 Mar 2023 16:45 WIB

Alasan Gibran Peroleh Gelar KPH dari Puro Mangkunegaran

KPH adalah salah satu gelar tertinggi yang diberikan kepada orang di luar keturunan.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Fernan Rahadi
Harapan Gibran Setelah Erick Thohir Terpilih Ketum PSSI, Kamis (16/2/2023).
Foto: Republika/Alfian
Harapan Gibran Setelah Erick Thohir Terpilih Ketum PSSI, Kamis (16/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) X atau akrab disapa Gusti Bhre menjelaskan arti dari pemberian gelar atas Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming saat acara peringatan kenaikan tahta di Puro Mangkunegaran, Rabu (1/3/2023) kemarin.

Bhre menyebut bahwa pemberian gelar tersebut adalah bentuk dari apresiasi Puro Mangkunegaran atas dukungan yang diberikan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

"Itu tanda apresiasi kami sebetulnya. Karena atas bagaimana bentuk selama ini kan antara Mangkunegaran dengan dengan pemerintah kota khususnya dalam hal ini mas wali untuk Sinergi kolaborasi dan hubungan ini sangat baik," kata Bhre ketika ditemui Kamis (2/3/2023). 

Dalam hal ini, Bhre menyebut bahwa banyak kerja sama yang mempunyai arah yang sama antara Puro Mangkunegaran dengan Pemkot Solo. Di antaranya adalah memajukan sektor ekonomi dan pariwisata.

"Bagaimana selama ini antara Mangkunegaran dengan pemerintah kota juga banyak sekali pekerjaan yang kita lakukan bersama-sama untuk tujuan yang sama untuk untuk lebih bisa memajukan lagi kegiatan di kota Solo, ekonomi di kota solo kebudayaan di kota Solo. Ini tidak terlepas dari dukungan dari pemerintah kota khususnya dari Mas Wali jadi yaitu sebetulnya tanda apresiasi dari kami dari Mangkunegaran dari saya, khususnya Kepada beliau," katanya. 

Di sisi lain, Bhre menjelaskan bahwa gelar Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) sendiri adalah salah satu gelar tertinggi yang diberikan kepada orang di luar keturunan. Secara peran, ia mengatakan gelar tersebut berarti menjadi bagian yang ikut Mangkunegaran. "Secara umum ya ikut merawat juga tapi yang poin saya sampaikan arahnya lebih ke arah apresiasi kami," katanya. 

Selain Gibran, Bhre menyebut ada beberapa orang dari luar keturunan yang menyandang gelar tersebut. Di antaranya adalah Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi dan mantan Kapolda Jateng Komjen Pol (purnawirawan) Condro Kirono. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement