REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan seruan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich untuk menghapus desa Palestina adalah hal yang tidak pantas. Pernyataan ini mencuat setelah komentar Smotrich ramai jadi sorotan di utas Twitter Ahad (5/3/2023) dan dikecam AS.
Di sebuah utas, yang diposting dalam bahasa Inggris oleh Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, awalnya Netanyahu tampaknya tidak langsung mengutuk pernyataan tersebut. Ia hanya menyiratkan bahwa sekutunya, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, salah bicara. Akan tetapi pernyataan Smotrich mendapat banyak respon negatif di dunia internasional, termasuk dari Kementerian Luar Negeri AS.
Meski begitu, Netanyahu berterima kasih kepada Smotrich karena menjelaskan komentar tersebut dan memaparkan bahwa pilihan kata-katanya "tidak tepat". Smotrich menyebut sebagian besar utas mendesak komunitas internasional untuk ikut mengecam aksi kekerasan Palestina atas serangan terhadap warga Israel.
Tampaknya itu adalah tanggapan publik pertamanya terhadap pernyataan Smotrich sejak dibuat pada hari Rabu. Di Twitter Netanyahu menggarisbawahi bagaimana pemimpin Israel harus menyeimbangkan ideologi anggota sayap kanan pemerintahannya dengan harapan sekutu utama Israel, Amerika Serikat.
Smotrich adalah kepala salah satu dari beberapa partai ultranasionalis yang membantu membentuk pemerintahan Netanyahu. Ia menyoroti serangan di sekitar desa Palestina Hawara dan menyebut desa tersebut harus dihapus.
Ia mengelak dan mengatakan tidak bermaksud agar desa itu dihapus tetapi agar pasukan Israel bertindak tegas melawan militan Palestina. Namun, komentarnya itu telah memicu protes internasional.
Kemenlu AS menyebut pernyataan Smotrich menjijikkan dan mendesak Netanyahu untuk "menolak dan mengingkari mereka secara terbuka dan jelas." Persatuan Bangsa-Bangsa dan pusat kekuatan Timur Tengah Mesir dan Arab Saudi juga mengutuk pernyataan Smotrich.
Dalam tweet berbahasa Ibrani, Netanyahu berdalih diplomat asing pun bisa membuat kesalahan.
Dalam tweet-nya, Netanyahu menulis bahwa “penting bagi kita semua untuk bekerja meredam retorika” di tengah gelombang kekerasan antara Israel dan Palestina. “Itu termasuk berbicara dengan tegas menentang pernyataan yang tidak pantas dan bahkan mengoreksi pernyataan kita sendiri ketika kita salah bicara atau ketika kata-kata kita disalahartikan,” tulisnya.
Netanyahu kemudian mengecam Otoritas Palestina karena tidak mengutuk serangan Palestina terhadap Israel, dan komunitas internasional karena tidak menuntut kecaman dari Palestina. Bahkan Israel telah lama menuduh dan mengklaim komunitas internasional memiliki standar ganda dalam bersikap kepada Israel daripada Palestina.