REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani di Kairo pada Ahad (5/3/2023). Kedua negara berusaha untuk memperdalam hubungan dan memperkuat aliansi regional dengan Yordania.
Al-Sudani mendarat di ibu kota Mesir dan disambut di bandara oleh Perdana Menteri Mesir Mustafa Madbouly. Dia dan Madbouly menginspeksi penjaga kehormatan dan band memainkan lagu kebangsaan kedua negara.
Perdana Menteri Irak kemudian bertemu dengan el-Sissi di istana kepresidenan. Juru bicara kepresidenan Mesir Ahmed Fahmy menyatakan, pembicaraan mereka berfokus pada kerja sama ekonomi dan hubungan keamanan antara kedua negara.
Fahmy mengatakan, kedua pemimpin juga membahas masalah regional, termasuk kerja sama mereka dengan Yordania. Menteri luar negeri dan perdagangan dari kedua negara menghadiri pembicaraan tersebut.
Perjalanan tersebut menandai perjalanan pertama al-Sudani ke Kairo sejak Kabinetnya disetujui oleh parlemen Irak pada Oktober, mengakhiri kebuntuan politik selama setahun. Pendahulu Al-Sudani, mantan perdana menteri Irak Mustafa al-Kadhimi, telah menjalin hubungan dekat dengan el-Sissi dan Raja Abdullah II dari Yordania.
El-Sissi melakukan perjalanan ke Baghdad pada Juni 2021, menjadi kepala negara Mesir pertama yang mengunjungi Irak sejak 1990-an. Pada masa itu hubungan antara kedua negara terputus setelah Saddam Hussein menginvasi Kuwait.
Mesir, Irak, dan Yordania telah mengintensifkan hubungan dengan para pemimpin mereka mengadakan lima pertemuan puncak sejak 2019. Pertemuan terakhir di Laut Mati di Yordania pada Desember tahun lalu untuk membahas penerapan proyek-proyek strategis.
Dalam pertemuan tersebut membahas pembangun jaringan pipa gas antara Irak dan Mesir melalui Yordania, dan sebuah kota industri di perbatasan Irak-Yordania. Al-Kadhimi juga berusaha untuk memperkuat posisi negaranya di Timur Tengah sebagai mediator yang mampu membawa musuh yang paling gigih sekalipun ke meja perundingan.
Baghdad baru-baru ini menjadi tuan rumah pembicaraan antara Teheran dan Riyadh. Pembicaraan ini berfokus pada perbaikan hubungan antara dua musuh regional dan perang di Yaman.