Jumat 10 Mar 2023 19:11 WIB

Fatality Rate Difteri Tinggi, IDAI: Vaksin Difteri tidak Ada Enzim Babi

Satu-satunya solusi mencegah difteri adalah melalui vaksinasi.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Friska Yolandha
Petugas kesehatan melakukan vaksinasi ORI di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Senin (27/2/2023). Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, korban meninggal Difteri sejak dulu sudah banyak karena menanggalkan vaksinasi.
Foto: Dok. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut
Petugas kesehatan melakukan vaksinasi ORI di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Senin (27/2/2023). Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, korban meninggal Difteri sejak dulu sudah banyak karena menanggalkan vaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, korban meninggal difteri sejak dulu sudah banyak karena menanggalkan vaksinasi. Bahkan, terbaru, kata dia, cakupan korban anak meninggal nasional difteri adalah satu dari empat jiwa.

“Paling banyak Garut, dua dari tiga meninggal. Korban sudah banyak, mau menunggu berapa lagi? vaksin DPT (difteri) ini tidak ada urusan dengan enzim babi,” kata Piprim dalam diskusi daring, Jumat (10/3/2023).

Baca Juga

Bahkan, mengutip fatwa MUI menyoal vaksin, kata dia, diwajibkan. Pasalnya, penyakit dari vaksinasi yang dimaksud bisa menyebabkan kematian jika tidak diberikan.

“Dari fatwa tidak perlu dipertanyakan lagi. Ayo buka mata, jangan sampai jatuh lagi korban anak kita,” tutur dia.