Selasa 14 Mar 2023 10:45 WIB

Rupiah Merosot Seiring Ekspektasi Penundaan Kenaikan Suku Bunga Fed

Rupiah pada Selasa dibuka turun 28 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.405 per dolar

Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Selasa (14/3/2023) merosot seiring ekspektasi pasar akan penundaan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Selasa (14/3/2023) merosot seiring ekspektasi pasar akan penundaan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Selasa (14/3/2023) merosot seiring ekspektasi pasar akan penundaan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. Rupiah pada Selasa pagi dibuka menurun 28 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.405 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.377 per dolar AS.

"Harapan pelaku pasar akan penundaan kenaikan bunga The Fed bulan Maret nanti akibat rontoknya SVB (Silicon Valley Bank) dan Signature Bank di Amerika Serikat," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Otoritas California menutup SVB pada Jumat (10/3/2023) setelah pemberi pinjaman yang berfokus pada perusahaan rintisan teknologi itu melaporkan kerugian besar dari penjualan sekuritas, memicu penurunan simpanan bank. Keruntuhan SVB adalah kegagalan bank terbesar sejak runtuhnya asosiasi simpan pinjam AS Washington Mutual pada tahun 2008.

Signature Bank yang berbasis di New York, pemberi pinjaman utama dalam industri kripto, ditutup pada Ahad (12/3/2023) oleh regulator karena "pengecualian risiko sistemik serupa", Departemen Keuangan AS, Federal Reserve, dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengatakan dalam pernyataan bersama.

The Fed pada Ahad mengumumkan program pinjaman darurat baru untuk meningkatkan kapasitas sistem perbankan. Runtuhnya SVB membuat investor berspekulasi bahwa Fed sekarang akan enggan mengguncang perahu dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan ini, dengan sorotan kuat pada data inflasi Selasa (14/3/2023).

Pasar sekarang memperkirakan peluang hampir 18 persen dari Fed mempertahankan suku bunga saat ini dan peluang 82 persen untuk kenaikan 25 basis poin. Sebaliknya, pasar memperkirakan peluang 70 persen untuk kenaikan 50 basis poin sebelum SVB runtuh.

Rully mengatakan pasar menunggu dan mencermati data inflasi AS yang akan dirilis dalam pekan ini. Mengacu pada data inflasi bulan-bulan sebelumnya dengan tren penurunan namun dengan kecepatan penurunan yang lambat, diperkirakan inflasi Februari AS sebesar 6,2 persen.

Sementara dari faktor internal, pelaku pasar menantikan arah kebijakan Bank Indonesia (BI) melalui hasil Rapat Dewan Gubernur BI dalam pekan ini. Rully memproyeksikan rupiah bergerak pada kisaran Rp 15.275 per dolar AS hingga Rp 15.375 per dolar AS.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement