REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Goldman Sachs tidak lagi melihat kasus bagi Federal Reserve untuk memberikan kenaikan suku bunga pada pertemuan minggu depan. Regulator AS mengumumkan langkah-langkah untuk membendung ketakutan penularan menyusul runtuhnya Silicon Valley Bank.
"Mengingat tekanan dalam sistem perbankan, kami tidak lagi mengharapkan FOMC untuk memberikan kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada 22 Maret," kata ekonom Goldman Jan Hatzius dikutip dari laman CNBC, Selasa (14/3/2023).
Perusahaan sebelumnya memperkirakan Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Pada bulan lalu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga meningkatkan suku bunga dana federal sebesar seperempat poin persentase ke kisaran target 4,5 persen hingga 4,75 persen, tertinggi sejak Oktober 2007.
Ekonom Goldman Sachs mengatakan bantuan berhenti dari langkah serupa yang dibuat selama krisis keuangan 2008. Departemen Keuangan menetapkan SVB dan Tanda Tangan sebagai risiko sistemik, sementara Fed membuat Program Pendanaan Berjangka Bank baru untuk mendukung institusi yang terkena ketidakstabilan pasar setelah kegagalan SVB.
“Kedua langkah ini cenderung meningkatkan kepercayaan di antara para deposan, meskipun mereka menghentikan jaminan FDIC atas akun yang tidak diasuransikan seperti yang diterapkan pada 2008,” tulis mereka.
Goldman Sachs menambahkan bahwa mereka masih berharap melihat kenaikan 25 basis poin pada Mei, Juni dan Juli, mengulangi ekspektasi tingkat terminal mereka dari 5,25 persen menjadi 5,5 persen.