Rabu 15 Mar 2023 20:38 WIB

Covid-19 Bisa Bikin Penyintas Sulit Mengenali Wajah Orang Lain

Kesulitan mengenali wajah orang juga dikenal sebagai prosopagnosia.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Covid-19 (ilustrasi). Penyintas Covid-19 melaporkan gejala prosopagnosia.
Foto: www.pixabay.com
Covid-19 (ilustrasi). Penyintas Covid-19 melaporkan gejala prosopagnosia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu sisi negatif terbesar ketika positif Covid-19 adalah penderitanya tidak boleh berada di sekitar keluarga dan teman selama masa isolasi mandiri. Selain itu, SARS-CoV-2 sebagai virus yang menyebabkan penyakit pandemi juga bisa membuat penderitanya mungkin sulit mengenali wajah orang lain.

Dalam sebuah studi terbaru di jurnal Cortex, para peneliti dari Dartmouth College di Hanover, New Hampshire, Amerika Serikat melaporkan kejadian pertama prosopagnosia sebagai gejala setelah infeksi Covid-19. Prosopagnosia juga dikenal sebagai "buta wajah" alias kesulitan mengenali wajah orang lain.

Baca Juga

Dilansir Fox News, Rabu (15/3/2023), National Institute of Neurological Disorders and Stroke di Bethesda, Maryland, AS mendefinisikan prosopagnosia sebagai "gangguan neurologis yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengenali wajah". Kondisi tersebut disebabkan oleh pengaruh bawaan, kerusakan atau gangguan pada lipatan di otak yang tampaknya mengoordinasikan sistem saraf yang mengendalikan persepsi wajah dan ingatan.

Studi tersebut berfokus pada seorang wanita berusia 28 tahun bernama Annie. Dia tertular Covid-19 pada Maret 2020.

Sebelumnya, Annie tidak kesulitan mengenali wajah. Tetapi dua bulan setelah Covid-19, dia berjuang untuk mengidentifikasi wajah, bahkan tampang anggota keluarga terdekatnya.

Contohnya, Annie melaporkan tidak dapat mengenali wajah ayahnya ketika dia berpapasan dengannya di sebuah restoran. Annie mengatakan seolah-olah suara ayahnya keluar dari wajah orang asing.

Annie mengungkapkan kepada para peneliti bahwa dia sekarang mengandalkan suara orang sebagai alat identifikasi. Selama pengujian, Annie mampu mengidentifikasi objek dan pemandangan tetapi gagal mengidentifikasi wajah yang dikenalnya.

Berikutnya, Annie juga melaporkan kekurangan dalam kemampuan navigasinya. Contohnya, dia sekarang berjuang untuk menemukan jalan melalui toko kelontong, menemukan mobil yang diparkir tanpa bantuan, atau mengingat arah ke lokasi yang sering dikunjungi.

Para peneliti mengutip kesulitan navigasi sebagai gejala umum di antara pasien prosopagnosia. Peneliti juga mengumpulkan tanggapan survei dari 54 orang dengan gejala pasca Covid (long Covid). Mayoritas melaporkan mengalami masalah dengan pengenalan visual dan kemampuan navigasi.

"Hasil Annie menunjukkan bahwa Covid-19 dapat menghasilkan gangguan neuropsikologis yang parah dan selektif yang serupa dengan defisit yang terlihat setelah kerusakan otak, dan tampaknya gangguan penglihatan tingkat tinggi tidak jarang terjadi pada orang dengan gejala pasca Covid," tulis para peneliti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement