REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Mantan perdana menteri Pakistan Imran Khan secara resmi menandai kehadirannya di pengadilan di Islamabad pada Sabtu (18/3/2023). Kedatangan Khan dalam mematuhi perintah pengadilan setelah kebuntuan dengan polisi yang menyebabkan bentrokan hebat dengan para pendukungnya.
Ajudan Khan Fawad Chaudhry mengatakan, kehadiran mantan perdana menteri telah dicatat secara resmi oleh pengadilan. Khan pun telah meninggalkan area tersebut untuk kembali ke rumahnya di kota Lahore.
Menurut media lokal, kendaraan Khan mencapai kompleks peradilan di Islamabad di tengah bentrokan antara polisi dan pendukungnya. Mereka melaporkan, kekacauan di sekitar kompleks membuat Khan tidak dapat memasuki ruang sidang secara fisik dan akhirnya diizinkan oleh hakim untuk menandatangani kehadirannya dari kendaraannya. Media lokal Pakistan Geo TV melaporkan, pengadilan di Islamabad membatalkan surat perintah penangkapannya karena kehadiran Khan tersebut.
Khan diperintahkan untuk menangani dakwaan di pengadilan pada pekan lalu. Dia diduga menjual secara tidak sah hadiah negara yang diberikan kepadanya oleh pejabat asing saat menjabat. Khan mengatakan telah mengikuti prosedur hukum dalam memperoleh hadiah.
Pemimpin yang menjabat dari 2018 hingga 2022 ini menghadapi serentetan kasus hukum yang memicu bentrokan antara pendukung dan polisi. Polisi memasuki rumah Khan di Lahore setelah dia pergi ke pengadilan di Islamabad dan menangkap beberapa pendukungnya atas tuduhan penyerangan terhadap petugas selama bentrokan awal pekan ini.