REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Otoritas Palestina mengecam aksi dua pemukim Israel yang menyerobot masuk ke Gereja Getsemani di Yerusalem pada Ahad (19/3/2023). Menurut Palestina, kejadian itu menjadi bukti bahwa situs-situs suci Islam dan Kristen di Yerusalem kerap menjadi objek penargetan, tak hanya oleh pemukim Israel, tapi juga Pemerintah Israel.
“Pengulangan serangan ini adalah bagian dari penargetan resmi Israel atas Yerusalem dan tempat-tempat suci Kristen serta Islam. Serangan ini adalah bagian dari Yudaisasi Israel atas Yerusalem dan upata untuk memaksakan kedaulatan Israel (di Yerusalem) serta melepaskan kota (Yerusalem) dari lingkungan Palestina,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Palestina dalam sebuah pernyataan menanggapi aksi penggerudukan oleh dua pemukim Israel ke Gereja Getsemani, dikutip laman Middle East Monitor.
Menurut Kegubernuran Yerusalem, selain berusaha memasuki Gereja Getsemani, dua pemukim Israel itu berupaya menyabotase barang-barang yang ada di dalam bangunan tersebut. Namun aksi penggerudukan mereka diadang oleh seorang pria Palestina yang hadir di gereja itu.
Atas kejadian itu, Kemenlu Palestina menyerukan adanya tindakan internasional untuk menghentikan serangan pemukim Israel, termasuk terhadap situs-situs suci di Yerusalem. Pada Ahad lalu, pejabat Otoritas Palestina dan Israel melakukan pertemuan di kota Sharm El-Sheikh, Mesir. Agenda itu turut dihadiri perwakilan Mesir, Yordania, dan Amerika Serikat (AS).
Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan de-eskalasi di lapangan. “Kelima pihak menegaskan kembali komitmen mereka untuk memajukan keamanan, stabilitas serta perdamaian bagi Israel dan Palestina, dan mengakui perlunya de-eskalasi di lapangan," kata kelima negara dalam sebuah pernyataan bersama.
Mereka juga menegaskan kembali pentingnya pencegahan kekerasan lebih lanjut serta melakukan langkah-langkah membangun kepercayaan, meningkatkan rasa saling percaya, menciptakan cakrawala politik dan menangani masalah-masalah luar biasa melalui dialog langsung.
Israel dan Palestina menegaskan kembali kesiapan serta komitmen bersama mereka untuk segera bekerja mengakhiri tindakan sepihak untuk jangka waktu tiga hingga enam bulan. Hal itu termasuk janji Israel menghentikan pembahasan unit permukiman baru selama empat bulan, dan menghentikan otorisasi dari setiap permukiman liar di Tepi Barat selama enam bulan.
Meski 2023 baru berjalan selama tiga bulan, tapi hampir 90 warga Palestina telah tewas di tangan pasukan Israel tahun ini. Dalam periode yang sama, sebanyak 14 warga Israel dalam sejumlah serangan oleh warga Palestina. Ketegangan masih kerap terjadi, tidak hanya di Tepi Barat, tapi juga Jalur Gaza.