REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat bahwa dalam sepekan ini awan panas guguran di Gunung Merapi masih terjadi. Dalam pengamatan sejak 24-30 Maret 2023, tercatat dua kali kejadian awan panas guguran.
“Minggu ini terjadi dua kali awan panas guguran ke arah barat daya yakni ke Kali Boyong dengan jarak luncur 1.000 meter,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Jumat (31/3/2023).
Agus menyebut, pihaknya juga mengamati bahwa guguran lava terjadi sebanyak 176 kali ke arah barat daya yang meliputi Kali Bebeng dan Kali Boyong, dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter. Suara guguran pun terdengar satu kali dari Pos Pengamatan Merapi Babadan dengan intensitas kecil.
Terkait dengan kubah lava barat daya, pihaknya mengamati adanya perubahan morfologi yang terjadi akibat guguran lava dan awan panas guguran. Namun, untuk kubah lava tengah tidak terlihat adanya perubahan yang signifikan.
“Berdasarkan foto udara tanggal 13 Maret 2023, volume kubah lava barat daya terukur sebesar 1.686.200 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.312.100 meter kubik,” ujar Agus.
Sementara itu, untuk kegempaan selama sepekan ini di Gunung Merapi teramati sebanyak dua kali gempa awan panas guguran. Selain itu, pihaknya juga mencatat 56 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 215 kali gempar Fase Banyak (MP), 820 kali gempa Guguran (RF), dan tujuh kali gempa Tektonik (TT).
“Intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Agus menuturkan bahwa dalam sepekan ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Merapi Kaliurang. Hujan ini terjadi pada 29 Maret 2023 dengan intensitas curah hujan sebesar 36 mililiter per jam selama 55 menit.
Meski begitu, tidak dilaporkan adanya penambahan aliran maupun lahar dari sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan dalam sepekan ini, maka pihaknya menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi yakni berupa aktivitas erupsi efusif.
“Status aktivitas ditetapkan masih dalam tingkat siaga,” tambah Agus.
Untuk itu, Agus juga menekankan bahwa potensi bahaya Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi Kali Boyong sejauh maksimal lima kilometer, dan Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
Selain itu, potensi tersebut juga ada pada sektor tenggara yang meliputi Kali Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Kali Gendol sejauh maksimal lima kilometer. Sedangkan, untuk lontaran material vulkanik apabila terjadi letusan eksplosif, dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.
Melihat potensi bahaya tersebut, maka BPPTKG meminta agar Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten untuk melakukan upaya-upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Merapi yang terjadi saat ini.
“Seperti peningkatan kapasitas masyarakat dan penyiapan sarana prasarana evakuasi,” terangnya.
Masyarakat juga diminta untuk tidak melakukan aktivitas apapun di daerah potensi bahaya. Agus juga meminta agar masyarakat mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi, serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi.
“Jika terjadi perubahan aktivitas Merapi yang signifikan, maka status Merapi akan segera ditinjau kembali,” kata Agus.