REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diabetes adalah kondisi yang mengubah hidup seseorang dan biasanya berdampak seumur hidup. Pada pengidap diabetes tipe 1 dan tipe 2, hal itu menyebabkan kadar gula darah menjadi terlalu tinggi.
Oleh karena itu, pengidap diabetes harus berhati-hati dalam menjaga kadarnya tetap rendah. Diet telah diketahui menjadi salah satu cara untuk mengelola kadar gula darah, dengan makanan tertentu dapat meningkatkannya, sementara yang lain dapat menurunkannya. Namun, aktivitas fisik juga dapat berperan dalam membuat stabil gula darah.
Seorang ahli membagikan cara sederhana untuk memasukkan olahraga ke dalam rutinitas harian untuk mencegah lonjakan gula darah. Ahli fisiologi kesehatan dan kesejahteraan senior untuk Nuffield Health, Hayley Weaver, merekomendasikan penerapan aturan 55/5 pada hari-hari yang dihabiskan di balik meja atau banyak duduk.
"Penting untuk mempertimbangkan berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk duduk di siang hari karena kita tahu ini bisa merusak," ungkap Weaver, dilansir laman Express, Selasa (4/4/2023).
Mengadopsi prinsip seperti aturan 55/5 dapat menstabilkan kadar gula darah dan insulin setelah makan. Ini berarti untuk setiap 55 menit duduk, orang harus berdiri atau bergerak selama lima menit.
Pentingnya aktivitas fisik bagi pengidap diabetes didukung oleh berbagai penelitian. Satu makalah yang diterbitkan dalam jurnal Scientifica pada 2016 menemukan bahwa olahraga ringan setelah makan adalah cara lain untuk mencegah lonjakan gula darah.
Hasilnya menunjukkan bahwa latihan aerobik ringan selama 60 menit, atau aktivitas sedang selama 20 hingga 30 menit dimulai 30 menit setelah makan, dapat secara efisien menumpulkan lonjakan glukosa dengan risiko hipoglikemia yang minimal.
"Berolahraga di waktu lain dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang disebabkan oleh kontraregulasi," ujar Weaver.
Di samping itu, menambahkan latihan resistensi singkat dengan intensitas sedang ke aktivitas aerobik, dua atau tiga kali sepekan seperti yang direkomendasikan oleh pedoman saat ini, juga dapat membantu menurunkan lonjakan glukosa. Namun, hasil itu memperingatkan bahwa olahraga intensitas tinggi dapat menyebabkan fluktuasi kadar gula darah yang luas, yang berarti keefektifan jangka panjangnya belum diketahui.
"Mempromosikan jenis aktivitas fisik yang paling baik melawan hiperglikemia setelah makan sangat penting karena ratusan juta pasien diabetes yang tinggal di negara berkembang dan di kantong kemiskinan di barat harus melakukannya tanpa obat-obatan, persediaan, dan diet khusus," papar Weaver.