Kamis 06 Apr 2023 09:53 WIB

Mengapa Orang Mukmin Matinya Berkeringat?

mukmin yang melakukan kesalahan ketika akan mati dengan wajah berkeringat.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi seseorang menangisi kematian saudaranya.
Foto: EPA-EFE/SHAHZAIB AKBER
Ilustrasi seseorang menangisi kematian saudaranya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT di antara cirinya ketika meninggal dunia adalah keluarnya keringat dari dahinya. Mengapa demikian? Hal ini dipaparkan Imam Qurthubi dalam kitab at Tadzkirah pada babul mu'mini yamutu bi'aroqil jabiyni/ bab orang-orang mukmin meninggal dengan keringat di dahinya. 

Sebagaimana menukil sebuah hadits nabi Muhammad SAW: 

Baca Juga

عن بريدة أن النبي  ﷺ  قال : المؤمن يموت بعرق الجبين. خرجه الترمذي، وقال فيه: حديث حسن. 

Diriwayatkan dari Buraidah, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: Orang mukmin itu meninggal dengan keringat dari dahinya (HR. Tirmidzi).

Dalam redaksi hadits yang berbeda yang diriwayatkan melalui jalur Salman Al Farisi juga dijelaskan tentang mayit yang keluar keringat di dahinya merupakan tanda mayit memperoleh Rahmat Allah SWT.  

عن سلمان الفارسي رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ارقبوا الميت عند موته ثلاثا : إن رشحت جبينه وذرفت عيناه وانتشر منخراه فهي رحمة من الله قد نزلت به، وان غط غطيط البقر المخنوق وخمد لونه وازبد شدقاه فهو عذاب من الله قد حل به. (رواه الترمذي

Dari Salman Al Faarisy Radhiyallahu Anhu, aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Kenalilah mayit ketika mati dengan 3 tanda. Jika dahinya berkeringat, menetes air matanya dan melebar lubang hidungnya, maka itulah rahmat dari Allah yang sedang turun kepada nya. Tapi jika ia mengorok seperti ngoroknya unta yang sedang disembelih, gelap cahaya wajahnya dan berbusa mulutnya, maka itu azab dari Allah yang sedang menimpanya”. (HR Turmudzi).

Sementara itu Abdullah Ibnu Mas'ud berkata bahwa orang mukmin yang melakukan kesalahan ketika akan wafat dengan wajah berkeringat sebagai balasan atas kesalahan-kesalahannya. Kesusahannya ketika meninggal dunia merupakan cara untuk membersihkan dosa-dosa yang masih tersisa pada dirinya. 

Para ulama juga berpendapat bahwa keringat yang keluar dari dahi orang mukmin yang meninggal adalah tanda rasa malu kepada Allah SWT karena dosa-dosa yang dilakukan. 

و قال بعض العلماء : إنما يعرق جبينه حياء من ربه لما اقترف من مخالفته، لأن ما سفل منه قد مات، وإنما بقيت قوى الحياة وحركاتها فيما علا، والحياء في العينين فذاك

Sebagian ulama berpendapat: bahwa keringat di dahinya orang mukmin yang meninggal karena malu pada Tuhannya sebab perbuatan dosa. Karena tubuh bagian bawahnya telah mati, dan yang bisa bergerak serta mempunyai kekuatan hanya anggota tubuh bagian atasnya. Dan perasaan malu nampak di matanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement