REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Pakar nefrologi anak dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Prof DR Dr Partini P. Trihono, Sp.A(K) mengatakan anak yang terlahir prematur apalagi memiliki berat lahir rendah yakni di bawah 2500 gram, berisiko mengalami hipertensi di kemudian hari.
"Karena pada umumnya bayi prematur, terlahir sebelum fungsi-fungsi organ di dalam tubuhnya termasuk ginjal, belum seperti anak yang dilahirkan cukup bulan," kata dia melalui seminar daring yang digelar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Kamis (6/4/2023).
Bayi prematur juga rentan terkena penyakit-penyakit lain karena prematuritasnya, seperti gangguan pematangan paru sehingga mengalami sesak atau kekurangan oksigen yang menimbulkan kekakuan pada pembuluh darah dan berakibat hipertensi.
Di sisi lain, hipertensi pada ibu selama kehamilannya yang mempengaruhi kejadian bayi terlahir prematur, juga berkontribusi pada terjadinya hipertensi pada bayi dengan kelahiran prematur.
Selain kelahiran prematur, genetik dan gaya hidup termasuk kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam menjadi faktor risiko seorang anak terkena hipertensi atau suatu keadaan tekanan darah yang tinggi atau tidak normal.
Hipertensi sering ditemukan pada anak. Data penelitian di China, Amerika dan Eropa menunjukkan total anak dengan hipertensi sekitar tujuh persen atau satu dari setiap 14 anak. Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskdesdas) tahun 2013 memperlihatkan, pada kelompok remaja usia 15 sampai 18 tahun yang diukur tekanan darahnya, terdapat lima persen atau satu dari 20 anak yang mengalami hipertensi.
Berbicara mengenai penyebab, Partini menuturkan pada anak khususnya di bawah 10 tahun, hipertensi umumnya disebabkan penyakit ginjal seperti kelainan bawaan pada ginjal, penyakit pada pembuluh darah, penyakit autoimun. Ini berbeda pada orang dewasa sebagian besar penyebabnya tidak diketahui atau disebut hipertensi esensial. Tetapi tidak berarti pada anak, tak ada hipertensi esensial.
Anak dengan hipertensi umumnya merasakan gejala yang sangat beragam mulai dari tidak bergejala, sakit kepala hingga kejang, gangguan kesadaran, penglihatan menjadi buram, sesak napas, lemas, sampai bengkak di kaki. Mereka ini akan terganggu tumbuh kembangnya, berisiko terkena penyakit khusus seperti penyakit ginjal dan kardiovaskular akibat rusaknya dinding pembuluh darah karena tekanan darah yang tinggi.
"Hipertensi pada anak akan menyebabkan kekakuan pada pembuluh darah, yang mengakibatkan anak ketika dewasa akan mengalami kelainan pada kardiovaskular," kata Partini.