Jumat 07 Apr 2023 11:49 WIB

Ikuti Kompetisi Simulasi Sidang PBB, Mahasiswa UB Raih Prestasi di Singapura

Mereka harus bisa berperan aktif dalam setiap diskusi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Universitas Brawijaya (UB) berhasil mendapatkan gelar Best Delegate dan Best Position Paper di Nanyang Technological University Singapore Model United Nations (NTU Singapore MUN) 2023.
Foto: Dokumen
Mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Universitas Brawijaya (UB) berhasil mendapatkan gelar Best Delegate dan Best Position Paper di Nanyang Technological University Singapore Model United Nations (NTU Singapore MUN) 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tiga mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Universitas Brawijaya (UB) berhasil mendapatkan gelar Best Delegate dan Best Position Paper di Nanyang Technological University Singapore Model United Nations (NTU Singapore MUN) 2023. Mahasiswa Aura Azzahra Adriesa, Hilya Azzahiya, dan Khirqa Adavya Anaslama berhasil meraih prestasi tingkat internasional di tahun pertama perkuliahan mereka.

Nanyang Technological University Singapore Model United Nations (NTU Singapore MUN) 2023 merupakan ajang konferensi simulasi sidang Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergengsi bagi muda-mudi mancanegara. Untuk Hilya, dewan yang ia ikuti disebut International Labor Organization (ILO) yang berfokus pada isu-isu pekerja/buruh lingkup internasional.

Sementara itu, dewan yang diikuti Aura dan Adavya disebut sebagai United Nation Environment Program (UNEP). Menurut Aura, ini adalah dewan PBB yang fokus kerjanya di bidang pemanfaatan lingkungan berkelanjutan. "Termasuk bagaimana cara mengurangi perubahan iklim,” kata Aura.

Sebagai mahasiswa yang maju menjadi delegasi individu untuk ajang ini, ketiganya merasa kompetisi NTU Singapore MUN 2023 tidak hanya menjadi perlombaan bertaraf Internasional yang berprestise. Namun juga menjadi ajang yang mempertemukannya dengan teman-teman baru dari luar negeri yang memberi ketiganya semangat, inspirasi, dan kesempatan mengevaluasi diri.

Hal ini khususnya untuk kemampuan debat dan berdiplomasi ketiganya di kesempatan selanjutnya. Adavya mengatakan, sejujurnya waktu MUN itu sangat melelahkan. Hal ini karena dia dan dua temannya harus berbicara dan mendiskusikan topik selama tiga hari berturut-turut dari pagi sampai sore.

Namun semua itu sepadan sih karena bisa merasakan pembicaraan yang penuh dengan materi yang berguna, memahami isu-isu dunia, cara berdiplomasi yang baik, sampai mengenal banyak orang untuk memperluas jaringan.

Namun di balik prestasinya tersebut, ketiganya mengaku prosesnya tidak mudah untuk dijalankan. Mereka harus mengatur waktu dan skala prioritasnya sebaik mungkin untuk meneliti latar belakang Peru yang ia delegasikan.

Kemudian beberapa draf pidato, mosi debat, sampai solusi-solusi yang bisa memecahkan isu yang akan diperdebatkan ketika konferensinya dihelat.  Hal yang pasti, dia dan temannya harus bisa berperan aktif dalam setiap diskusi.

Mereka juga harus bisa memimpin dan membawa arah diskusi. Selanjutnya, juga harus membuat mosi-mosi debat, bersikap dominan, dapat berdiplomasi dan bernegosiasi sampai saling memberikan timbal balik di setiap diskusi dengan delegasi-delegasi lain. Dengan demikian, apapun yang disampaikan bisa diterima dengan negara lain.

Pada kesempatan tersebut, ketiganya turut memberikan tips untuk mahasiswa lainnya yang ingin memulai meraih prestasi. Antara lain dengan mengalokasikan waktu sebijak mungkin, serta membuat skala prioritas. Kemudian mengenal kemampuan fisik maupun mental diri sendiri.

Selanjutnya, harus banyak mencari informasi lomba dari teman-teman, fakultas, himpunan, baik yang di dalam atau di luar kelas. Kemudian memperbanyak relasi, diskusi, atau konsultasi dengan mereka. Hal ini karena masing-masing mereka pasti memiliki motivasinya tersendiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement