Selasa 11 Apr 2023 11:08 WIB

Harga Elektabilitas yang Harus Dibayar Ganjar Seusai Polemik Tolak Timnas Israel

Berdasarkan survei LSI dan MIPOS, elektabilitas Ganjar saat ini turun signifikan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan ibadah salat Jumat di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah (Jateng), Jumat (7/4/2023). Elektabilitas Ganjar saat ini disebut merosot menyusul polemik penolakan timnas Israel yang berujung pada batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Foto: Dok. HPJT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan ibadah salat Jumat di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah (Jateng), Jumat (7/4/2023). Elektabilitas Ganjar saat ini disebut merosot menyusul polemik penolakan timnas Israel yang berujung pada batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.

Oleh : Andri Saubani, wartawan Republika.

REPUBLIKA.CO.ID -- Sikap Ganjar Pranowo menolak kehadiran timnas Israel pada ajang Piala Dunia U-20 2023 yang semestinya berlangsung di Indonesia pada bulan depan sepertinya berpengaruh terhadap angka elektabilitasnya sebagai tokoh yang digadang-gadang menjadi calon presiden (capres). Sudah ada dua lembaga survei, yakni Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Merdeka Institute for Public Opinion Survey (MIPOS) yang hasil surveinya menyatakan senada bahwa elektabilitas Ganjar merosot seusai polemik penolakan timnas Israel.

Menurut hasil survei LSI terhadap 19 nama yang digelar pada 31 Maret sampai 4 April 2023, terjadi kemerosotan yang signifikan terhadap elektabilitas Ganjar dari 27,1 persen pada Februari lalu menjadi 19,8 persen berdasarkan survei terakhir. Akibatnya, Ganjar yang selama ini selalu berada di puncak tangga elektabilitas bakal capres untuk kali pertama dalam setahun terakhir disalip oleh Prabowo Subianto.

Prabowo Subianto cenderung mengalami penguatan dari 17,9 persen pada Februari menjadi 19,3 persen saat ini. Di peringkat ketiga, Anies Baswedan juga mengalami sedikit kenaikan, yakni dari 17,2 persen pada Februari menjadi 18,4 persen di survei terakhir. 

Sementara, pada simulasi tiga nama calon presiden, hasil survei LSI mengungkapkan bahwa nama Prabowo Subianto terus mengalami penguatan. Prabowo unggul dengan suara 30,3 persen, meningkat dari sebelumnya 26,7 persen. Sedangkan, dukungan untuk Ganjar mengalami penurunan signifikan dari 35 persen pada Februari menjadi 26,9 persen. Adapun, dukungan untuk Anies Baswedan sedikit meningkat dari 24 persen pada Februari menjadi 25,3 persen.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan memperkirakan, penurunan dukungan terhadap Ganjar ini diperkirakan terkait dengan pernyataannya yang menolak kedatangan timnas Israel dalam Piala Dunia U-20 di Indonesia. Nama Ganjar disebut-sebut menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab atas keputusan FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.

Sebelumnya, survei Merdeka Institute for Public Opinion Survey (MIPOS) yang digelar pada 29 Maret hingga 3 April 2023 juga menghasilkan, elektabilitas Ganjar Pranowo turun seusai polemik penolakannya terhadap timnas Israel di Piala Dunia U-20 yang semula akan dilaksanakan di Indonesia. Penurunan angka elektabilitas Ganjar berada pada kisaran 3-4 persen.

Peneliti senior MIPOS Yuyun Andriani pada 5 April menyebutkan, anjloknya elektabilitas Ganjar menyusul penolakan gubernur Jawa Tengah itu terhadap kehadiran timnas Israel, yang berbuntut dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun ini. Jika pilpres digelar sekarang, berdasarkan survei MIPOS, hanya 16,8 persen responden yang mengaku akan memilih Ganjar. Padahal, pada survei MIPOS sebelumnya elektabilitas Ganjar masih sekitar 20 persen. 

Menurut survei MIPOS, penolakan Ganjar terhadap timnas Israel memicu sentimen negatif. Mayoritas publik atau 75,2 persen responden survei MIPOS mengaku kecewa dan marah atas sikap Ganjar dan Gubernur Bali Wayan Koster yang menolak kehadiran timnas Israel. Responden pada umumnya menilai Ganjar dan Koster tidak konsekuen karena sudah menyetujui sebagai tuan rumah pada saat Indonesia mengajukan bidding ke FIFA beberapa tahun lalu.

Sentimen negatif publik terhadap Ganjar juga marak didapati di dunia maya. Hasil media monitoring MIPOS menemukan fakta bahwa Ganjar 'dirujak' warganet beberapa saat setelah ia membuat pernyataan menolak partisipasi timnas Israel.

Berdasarkan analisis MIPOS, sentimen negatif publik terhadap Ganjar pada periode 28 Maret hingga 3 April 2023 berada di angka 93 persen. Angka tersebut melonjak tinggi daripada periode pekan sebelumnya yang hanya 14,5 persen. Jika pada periode 21-27 Maret 2023 sentimen negatif terhadap Ganjar hanya 14,5 persen, angka itu melonjak tajam seusai Ganjar melontarkan pernyataan menolak kehadiran timnas Israel.

Sebelum dua hasil dua survei di atas dirilis ke publik, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa partainya akan menerima konsekuensi apa pun akibat keteguhan kadernya menolak kehadiran timnas Israel. Menurut Hasto, dinamika elektoral merupakan satu hal yang lumrah.

Menurut Hasto, penolakan terhadap tim nasional Israel tidak berdasarkan kalkulasi elektoral untuk pemilihan umum (Pemilu) 2024. PDIP, dia menegaskan, bertindak atas keyakinan ideologi, sejarah, dan konstitusi Indonesia.

Dalam era pemilihan langsung di mana angka elektabilitas dan tingkat keterpilihan sangat menentukan kemenangan parpol dan tokoh, pernyataan Hasto bisa dibilang naif. Apalagi jika setelah ini yang bisa dipastikan akan ada hasil survei lain terkait elektabilitas Ganjar, kemudian menghasilkan tren penurunan yang senada meski tak sama angkanya.

Meski timnas Indonesia hingga kini belum punya prestasi yang bisa dibanggakan bahkan untuk level Asia, sepak bola tidak bisa dinafikan sebagai olahraga dengan basis massa terbesar di Tanah Air. Sehingga semestinya tidak mengejutkan jika kemarahan massa atas kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tecermin dalam hasil survei terbaru di mana Ganjar berada di episentrum polemik.

Celakanya bagi Ganjar, hingga beberapa bulan jelang tenggat pendaftaran capres pada Oktober nanti, sampai sekarang belum ada kepastian dari PDIP apakah memang dirinya akan dipilih oleh Megawati Soekarnoputri menjadi capres. Jika isu polemik penolakan timnas Israel terus digoreng oleh lawan politiknya, bisa jadi elektabilitas Ganjar akan terus merosot.

Apalagi, Ganjar saat ini menjadi berhadap-hadapan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang pastinya sangat kecewa Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Di sisi lain, lawan potensial Ganjar di Pilpres 2024, yakni Prabowo Subianto, terus menuai efek positif sebagai pembantu Jokowi di kabinet. Jokowi yang kecewa atas sikap Ganjar bisa jadi pada akhirnya akan menjatuhkan secara penuh restunya kepada Prabowo.

Sebagian pengamat dan pakar ilmu politik pun sepakat bahwa restu Jokowi nantinya masih menentukan bagi kemenangan capres di Pilpres 2024. Karena berbeda dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada akhir masa kepemimpinannya dahulu, Jokowi saat ini memiliki tingkat kepuasan publik atas kinerjanya yang tinggi nyaris mencapai 80 persen.

Dilihat dari gelagat Jokowi akhir-akhir ini, apalagi setelah ia menghadiri acara pertemuan petinggi parpol yang mewacanakan koalisi besar, Jokowi memang sepertinya tengah mencari alternatif koalisi, ke mana nantinya dia akan memberikan restu. Koalisi besar bisa jadi sebagai plan B setelah Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN, PPP) yang diduga sebagai sekoci untuk Ganjar jika tak diusung PDIP, tidak sesuai dengan skenario awal.

Sejak awal sampai sekarang, saya tetap yakin bahwa pada akhirnya Megawati akan mengusung Ganjar sebagai capres PDIP karena elektabilitas Puan Maharani terbukti hingga kini masih sulit dikerek angkanya. Dan setelah munculnya polemik penolakan timnas Israel, sudah saatnya Megawati segera menentukan sikap menetapkan secara resmi capres dari PDIP demi mencegah potensi terus anjloknya elektabilitas Ganjar.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement