REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Sofyan Lesmana mulai merasakan gejala parkinson sejak usia 33 tahun. "Saat itu saya belum percaya karena stigma di masyarakat kan parkinson diderita usia lanjut, sedangkan saat itu saya masih berusia 33 tahun," kata Sofyan.
Pria yang berprofesi sebagai pelatih itu saat didiagnosis parkinson, mengaku gejala awal muncul saat ia aktif berolahraga badminton dan sepak bola."Waktu itu ketika memberikan informasi di training, tiba-tiba saja kosong dan nge-blank, lalu badan terasa kaku, dan saat memegang raket susah. Di bagian lengan juga sering tremor," katanya dalam diskusi bertajuk "My Days with Parkinson'"dalam rangka memperingati Hari Parkinson Sedunia yang jatuh pada 11 April itu.
Senada dengan Sofyan, Ida Sukowati yang juga pengidap parkinson mengaku gejala tremor (beberapa bagian tubuh bergetar) sudah muncul sejak usianya 30 tahun."Usia 30 tahun sudah mulai tremor sedikit-sedikit, sekarang setelah usia 70 tahun sudah tidak bisa mengerjakan sesuatu yang sederhana, seperti menulis dan memasak," kata Ida.
Untuk menghindari stigma tentang parkinson yang hanya dialami pada usia lanjut, Sofyan menyarankan kepada masyarakat untuk memperkaya literasi tentang parkinson, agar tidak termakan hoaks dan mitos-mitos yang salah."Perbanyak literasi dan pengetahuan tentang parkinson, karena seperti yang dokter katakan, saat ini kita perlu waspada karena penyakit ini bisa menyerang di usia muda," kata Sofyan.
Spesialis Saraf Konsultan dr. Dyah Tunjungsari, Sp.S (K) mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap penyakit parkinson yang dapat menyerang di usia muda."Mitos bahwa penyakit ini hanya dialami orang tua itu tidak benar adanya, sudah banyak dilaporkan di luar negeri, tidak hanya di Indonesia saja, kalau penyakit parkinson juga ditemukan di usia muda, untuk itu deteksi dini perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi-komplikasi lain yang muncul," kata Dyah dalam diskusi yang diikuti secara daring.
Dyah mengatakan, gejala parkinson ditandai dengan hiperaktivitas, atau peningkatan aktivitas yang terlalu tinggi di beberapa area di otak, yang membuat pengidapnya mengalami gerakan-gerakan berlebihan yang sulit dikendalikan.