Rabu 12 Apr 2023 13:17 WIB

Takwa manifestasi ibadah puasa

Takwa merupakan kunci menuju kebahagiaan hidup.

Ilustrasi Muslim berpuasa untuk meraih takwa.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Ilustrasi Muslim berpuasa untuk meraih takwa.

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Kepala Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Utara (Sulut) Sarbin Sehe mengatakan takwa merupakan manifestasi dalam ibadah puasa.

"Manifestasi takwa berkaitan erat dengan amal perbuatan seseorang," kata Sarbin, di Manado, Selasa (12/4/2023).

Baca Juga

Prinsip takwa berusaha menghindar, menjauhi diri dari setiap perbuatan yang dilarang Allah karena ketaatan kepada-Nya.

Ibadah puasa di bulan suci Ramadhan bagi umat Islam adalah salah satu sarana menumbuhkan takwa. Maka kualitas ibadah puasa harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, menjaga dan menjauhi dari perbuatan yang membatalkan atau mengurangi pahala ibadah puasa.

Ia mengatakan Nabi Muhammad SAW menyampaikan kekhawatiran kualitas ibadah puasa umatnya, seperti disebutkan dalam riwayat hadits yang artinya "Banyak di antara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga."

Hal ini berarti tujuan ibadah puasa adalah taqwa, bukan pada upaya menahan diri dari lapar dan dahaga. Kekhawatiran Nabi, ini bukan tidak ada alasan, sebab ibadah puasa dikategorikan berat, sifatnya sangat subyektif atau rahasia.

Manifestasi taqwa adalah senantiasa merasakan kehadiran Allah SWT. Hal ini seperti disebutkan dalam salah satu Hadits Rasulullah yang artinya "Bagaikan melihat-Nya atau kalau yang demikian tidak mampu dicapainya, maka paling tidak, menyadari bahwa Allah melihatnya."

Jika ibadah puasa diibaratkan seperti pohon, maka taqwa adalah buahnya. Buah tidak langsung ada, melainkan melalui proses yang panjang mulai fase menanam, merawat, hingga menunggu masa berbuah.

"Proses inilah dalam ibadah puasa harus dipelihara," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement