Selasa 18 Apr 2023 18:51 WIB

Perusahaan Pertahanan Israel Pasok Pesawat tanpa Awak ke Yunani

Kesepakatan ini bagian dari penjualan rudal Spike Rafael senilai 404 juta dolar AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Pesawat tanpa awak (Drone). Ilustrasi. Perusahaan pertahanan Israel, Aeronautics yang dimiliki Rafael Advanced Defense Systems dan Stolero Aeron sepakat memasok sistem pesawat tanpa awak Orbiter 3 ke Yunani dalam kontrak antara pemerintah.
Pesawat tanpa awak (Drone). Ilustrasi. Perusahaan pertahanan Israel, Aeronautics yang dimiliki Rafael Advanced Defense Systems dan Stolero Aeron sepakat memasok sistem pesawat tanpa awak Orbiter 3 ke Yunani dalam kontrak antara pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perusahaan pertahanan Israel, Aeronautics yang dimiliki Rafael Advanced Defense Systems dan Stolero Aeron sepakat memasok sistem pesawat tanpa awak Orbiter 3 ke Yunani dalam kontrak antara pemerintah. Kesepakatan ini bagian dari penjualan rudal Spike Rafael ke Yunani dalam paket senilai 404 juta dolar AS.

Pesawat tanpa awak Orbiter 3 yang dapat lepas landas dengan membawa beban 32 kilogram dan terbang selama enam jam cocok untuk misi intelijen, pengintaian dan pengawasan. Dalam pernyataannya, Aeronautics mengatakan akan memasok "lusinan" drone ke Kementerian Pertahanan Yunani.

Baca Juga

Di pengumuman awal kesepakatan rudal Spike tidak menyebutkan tentang Orbiter 3 dan Kementerian Pertahanan Israel tidak menjelaskan lebih lanjut. Pengumuman ini disampaikan sebelum peringatan hari Holocaust, Yom HaShaoh. Pemerintah Israel tidak dapat dimintai komentar.

"Rafael akan menyediakan solusi canggih yang memberikan keuntungan signifikan dalam operasi perang moderen," kata Aeronautics seperti dikutip dari Defence News, Rabu (18/4/2023).

Perusahaan itu mengatakan sistem Ortiber 3 mendeteksi, mengawasi dan mengidentifikasi (IDR) tagret. Sementara rudal Spike yang diluncurkan dari laut, udara atau darat dapat dengan cepat melakukan sensor-to-shooter menggunakan Fire Weaver, sistem C41.  

Tahun lalu Rafael mempresentasikan kemampuan kontrol tembak serupa yang dinamakan NLOS Mission Taskforce (NMT). Perusahaan itu mengatakan sistem ini memberikan kendaraan tempur kemampuan deteksi, serangan dan pengendalian tembak yang organik.

Aeronautics tidak mengungkapkan bagaimana sistem itu diintegrasikan ke Orbiter 3. Sensor-to-shooter digunakan untuk mendeteksi target yang bergerak.

"Kolaborasi ini menunjukkan sinergi teknologi, dan integrasi bisnis yang erat antara dua perusahaan," kata CEO Aeronautics Dan Slasky.

Pesawat tanpa awak Orbiter 3 dapat terbang tanpa landasan pacu dan dapat membawa berbagai beban serta menavigasi daerah yang tidak terdeteksi GPS dan terbang di cuaca buruk. Pada tahun 2019 Aeronautics mengatakan pesawat tanpa awak itu akan dipasok ke Asia dan mendapatkan kontrak di Amerika Selatan.

Aeronautics didirikan pada 1997 dan dibeli Rafael dan Stolero Aeron pada tahun 2019. Rafael yang merupakan Badan Usaha Milik Negara pemerintah Israel memiliki 50 persen saham perusahaan itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement