REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tim evakuasi TNI memprioritaskan warga negara Indonesia (WNI) yang hamil dan sakit, orang lanjut usia, dan anak-anak, untuk dipulangkan lebih dulu dari Sudan ke Indonesia. Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikan TNI diperintahkan untuk melaksanakan evakuasi darurat sehingga tidak semua WNI di Sudan langsung dievakuasi untuk dipulangkan ke Tanah Air.
"Sementara ini yang kami terima (informasi nya) ada kurang lebih 291 (WNI) yang sudah standby di Port Sudan. Ini dari Kemlu (Kementerian Luar Negeri, red.) diutamakan ibu hamil, ada yang sakit juga, ada orang tua, dan anak-anak. Mungkin nanti akan kami dahulukan itu," kata Laksamana Yudo, selepas apel pemberangkatan tim evakuasi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (24/4/2023).
TNI mengirim tim evakuasi, yang terdiri atas 39 prajurit, ke Sudan, menumpang pesawat TNI Angkatan Udara jenis Boeing 737. Panglima menyampaikan pesawat itu dapat mengangkut sekitar 100 orang untuk sekali perjalanan.
Sejauh ini, titik evakuasi terkonsentrasi di Port Sudan, kota pelabuhan di timur Sudan. Walaupun demikian, TNI membuka kemungkinan mengevakuasi WNI yang juga berkumpul di Ibu Kota Sudan, Khartoum.
Nantinya, tim evakuasi mengangkut WNI dari Sudan ke Jeddah, Arab Saudi. Dari Jeddah, WNI pulang ke Tanah Air menumpang pesawat komersial. "Perjalanan penerbangan dari Port Sudan ke Jeddah 45 menit, sementara dari Khartoum sekitar 1,5 jam, sehingga kami ambil dulu yang bisa lebih cepat untuk diangkut," tutur Laksamana Yudo.
Sejauh ini, tim evakuasi dari KBRI Khartoum di Sudan dan tim dari Kementerian Luar Negeri RI telah mengangkut WNI yang ada di beberapa kota di Sudan untuk dikumpulkan di Port Sudan dan Khartoum menggunakan jalur darat.
"Perjalanan 45 menit itu sehari bisa selesai (evakuasi) kalau situasinya aman tentunya, situasi mendukung. Kalau 45 menit bolak-balik 2-3 kali bisa," ujar Panglima TNI.
Tim evakuasi WNI ke Sudan terdiri atas 39 prajurit TNI, yang terdiri atas kru pesawat, penerbang, tim dari Kopasgat TNI AU, dokter, BAIS TNI, dan Puspen TNI. "Jumlahnya 39. Ada yang standby di Jeddah, ada yang standby di Port Sudan," ucap Laksamana Yudo.
Konflik bersenjata pecah di Sudan pada Sabtu (22/4/2023) antara tentara (SAF) dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Ketegangan mulai muncul saat ada upaya melebur RSF menjadi bagian dari tentara Sudan.
Pertempuran terjadi sebagian besar di ibu kota Sudan, Khartoum, dan meluas ke wilayah sekitar. Setidaknya 100 lebih orang dilaporkan meninggal dunia, dan ribuan warga luka-luka akibat konflik bersenjata itu. Di Sudan, Kementerian Luar Negeri mencatat ada 1.209 WNI yang menetap, dan sebagian besar dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa.