REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Analis komunikasi politik, Hendri Satrio menilai, pertemuan antara Prabowo Subianto dan elite partai Golkar merupakan sebuah keterdesakan Gerindra dan capresnya, Prabowo. Menurut dia, keterdesakan itu muncul pasca-PDIP mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari PDIP.
“Otomatis posisi Prabowo tidak terlalu baik atau strategis. Artinya nggak bisa ke mana-mana, walaupun dia merupakan ketua umum partai besar, tapi tetap butuh satu koalisi,” kata Hendri yang juga merupakan Jubir Anies Baswedan dalam keterangan videonya, Selasa (25/4/2023).
Hendri menjelaskan, alasan keterdesakan itu, mengingat tantangan dari partai politik lain yang sudah mengatakan satu komando kepada Joko Widodo (Jokowi). Hal itu, diperparah saat Jokowi, kata dia, mendampingi Megawati Soekarnoputri saat mengumumkan pencalonan Ganjar.
“Jadi sangat mungkin partai politik lain yang mengaku sebagai partai pendukung Jokowi langsung satu komando bergabung dengan PDIP,” tutur dia.
Menurut pendiri KedaiKopi itu, posisi ini sangat tidak diinginkan Gerindra. Pasalnya, bilamana PKB hengkang meninggalkan Gerindra, pencalonan Prabowo tidak bisa dilakukan.
“Nah pertemuan dengan Golkar ini menjadi keterdesakan untuk membujuk agar Golkar bisa bersama Gerindra atau minimal tetap pada koalisinya. Ada juga kemungkinan melahirkan koalisi baru yang memunculkan pasangan ketiga nantinya,” jelas dia.
Kemungkinan itu, dia sebut berdasarkan hubungan historis antara Prabowo dan Golkar. Sehingga, jika Prabowo bisa memanfaatkannya, bukan tidak mungkin ada calon presiden ketiga setelah Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
“Keterdesakan yang harus dicairkan Prabowo saat ini ada dua pilihan, pertama dirinya tidak maju capres, kedua menjadi wakil presiden bagi Anies ataupun Ganjar,” kata dia.