REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad menyayangkan munculnya ancaman pembunuhan dari oknum peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kepada warga Muhammadiyah akibat perbedaan penetapan Hari Idul Fitri 1444 Hijriah.
"Itu tidak perlu terjadi, jika pihak yang bersangkutan memahami persoalan yang dipertentangkan. Apalagi, perbedaan itu sudah sering terjadi, bahkan di semua masa kepemimpinan presiden Indonesia," ujar Fadel dalam keterangan resminya, Kamis (27/4/2023).
Untuk itu, Fadel mengaku prihatin dengan adanya ancaman pembunuhan tersebut karena perbedaan penetapan jatuhnya Idul Fitri 1444 Hijriah, kata Fadel, adalah sesuatu yang wajar dan biasa saja. "Saya memutuskan diri untuk berbuka puasa pada 21 April 2023 karena hari itu Muhammadiyah menetapkan sebagai Hari Raya Idul Fitri. Tetapi saya baru melaksanakan Shalat Id keesokan harinya sesuai ketetapan pemerintah, jadi biasa saja, tidak pantas diributkan," tuturnya.
Menurut Fadel, perbedaan pendapat itu muncul sebagaimana laiknya perbedaan penafsiran fenomena alam lain. Hal ini tidak perlu menjadi persoalan dan tidak pantas diributkan.
Ia berharap ada jalan keluar yang baik untuk mengakhiri persoalan tersebut dengan tidak melulu semua persoalan berakhir di ranah hukum. Apalagi jika persoalannya bisa diselesaikan secara musyawarah dan saling memaafkan untuk tidak diulang kembali di masa yang akan datang.
Fadel berpesan tahun politik jelang Pemilu 2024 pasti akan ditandai dengan peningkatan suhu politik sehingga tidak boleh ada satu pihak yang terpancing untuk melakukan kekerasan. Seluruh masyarakat, kata dia, harus selalu mawas diri, tidak mudah terprovokasi, dan tidak melakukan hal-hal yang tak perlu.
"Saya mendengar informasi intelijen, ada sekelompok orang yang bermaksud merongrong keamanan negara dan ingin menggagalkan Pemilu 14 Februari 2024. Karena itu, kita harus terus waspada, jangan terpancing dengan perangkap mereka," tutup dia.
Sebelumnya, hampir sepekan ini media sosial ramai memperbincangkan ancaman pembunuhan dari peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin yang hendak menghalalkan darah Muhammadiyah atau membunuh warga Muhammadiyah karena perdebatan 1 Syawal. Saat ini ancaman tersebut telah menjadi persoalan hukum karena sudah dilaporkan kepada kepolisian oleh sejumlah pihak.