REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengakui rasio realisasi investasi terhadap serapan tenaga kerja dari investasi memang tidak seimbang. Menurutnya, ini karena investasi kini didominasi teknologi tinggi.
"Saya harus akui nilai investasi dengan penciptaan tenaga kerja itu tidak berbanding lurus karena investasi kita ini bukan lagi padat karya," katanya dalam paparan realisasi investasi kuartal I 2023 di Jakarta, Jumat (28/4/2023).
Menurut Bahlil, di tengah fokus investasi hilirisasi, penggunaan mesin dan otomatisasi begitu tinggi sehingga penyerapan tenaga kerja menjadi rendah.
"Kita mau bangun hilirisasi bauksit, nikel, tembaga, mana ada pakai manusia-manusia? Palingan bangun konstruksinya saja. Setelah itu dioperasikan semua oleh mesin," ujarnya.
Kendati demikian, Bahlil mengungkapkan pemerintah melakukan upaya blending atau mengkombinasikan bagian-bagian pekerjaan yang memang masih memerlukan tenaga kerja agar tetap dipertahankan.
"Jadi kita blending. Ini pun sudah maksimal lho. Kalau ada pekerjaan yang bisa menggunakan tenaga orang, maka kita gunakan tenaga orang. Jangan semua full pakai teknologi," katanya.
Pemerintah pun, lanjut Bahlil, terus mendukung pengembangan sektor UMKM yang dinilai mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.
"Memang idealnya kalau investasinya padat karya itu, antara nominal angka harus berbanding lurus dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Itu idealnya. Tetapi sekarang investasi yang masuk ke kita tidak padat karya. Investasi yang masuk ke kita high technology, memang tidak semua, tapi sebagian besar," katanya.
Berdasarkan data Kementerian Investasi, realisasi investasi di kuartal I 2023 sebesar Rp 328,9 triliun berhasil menyerap 384.892 orang tenaga kerja Indonesia. Sejak 2019, serapan tenaga kerja langsung dari realisasi investasi memang tidak pernah mencapai target 2,7 hingga tiga juta orang per tahun sebagaimana UU Cipta Kerja.
Pada 2019, total tenaga kerja yang terserap dari realisasi investasi sebanyak 1,03 juta orang; pada 2020 sebanyak 1,16 juta orang; pada 2021 sebanyak 1,2 juta orang dan pada 2022 sebanyak 1,3 juta orang.
Meski tumbuh tipis, angka serapan tenaga kerja tersebut juga sejalan dengan kenaikan realisasi investasi pada 2019 sebesar Rp 809,6 triliun, pada 2020 sebesar Rp 826,3 triliun, 2021 sebesar Rp 901,02 triliun dan 2022 sebesar Rp 1.207 triliun.