Senin 01 May 2023 06:14 WIB

Mengapa Bulan Syawal Diminati untuk Waktu Menikah?

Syawal dianggap bulan baik untuk menikah.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Hafil
Mengapa Bulan Syawal Diminati untuk Waktu Menikah?  Foto:   Kue pernikahan (ilustrasi)
Foto: www.pxhere.com
Mengapa Bulan Syawal Diminati untuk Waktu Menikah? Foto: Kue pernikahan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Bulan Syawal disebut-sebut sebagai bulan favorit yang sering dijadikan waktu untuk menikah. Hal ini terutama untuk sebagian umat Muslim di Indonesia.

Salah satu bukti yang muncul adalah jumlah pernikahan di wilayah Aceh selama Syawal. KUA Kecamatan Susoh di Kabupaten Aceh Barat Daya, mengungkapkan, hampir di semua KUA di wilayah Aceh mengalami peningkatan angka pernikahan saat memasuki bulan Syawal. Bagi masyarakat Aceh, Syawal dianggap sebagai bulan yang baik untuk menikah.

Baca Juga

Lalu dalam Islam, apakah Syawal termasuk bulan baik untuk menikah? Kemudian apakah semua daerah di Indonesia menganggap hal sama dengan masyarakat di Aceh?

Kepala KUA Gondanglegi, Kabupaten Malang, Muhammad Mursyid mengatakan, Syawal diketahui sebagai bulan bermaaf-maafan. Hal ini karena waktunya bertepatan dengan perayaan Idul Fitri. "Barangkali katanya orang Jawa mau kecipratan berkahnya," kata Mursyid saat dihubungi Republika.

Berbeda dengan Aceh, masyarakat Malang justru lebih memilih Dzulhijjah sebagai bulan favoritnya untuk menikah. Hal ini karena bersamaan dengan perayaan Idul Adha. Menurut Mursyid, semua wilayah di Kabupaten Malang termasuk masyarakat Gondanglegi lebih memilih menikah pada bulan tersebut.

Khusus di Gondanglegi, kata Mursyid, Dzulhijjah dan ba'da Mulud (Rabi'ul Akhir) biasanya selalu ramai masyarakat yang mendaftar pernikahan. Jumlahnya dapat berbeda jauh dengan bulan-bulan sebelumnya. "Itu bisa di atas 100 pasangan," jelasnya.

Menurut Mursyid, rata-rata pendaftar yang menikah di Gondanglegi pada bulan lainnya selalu di bawah 50 pasangan. Hal ini termasuk jumlah pendaftar pernikahan selama bulan Syawal. Bahkan, khusus Syawal tahun ini hanya 15 pasangan yang mendaftar pernikahan di KUA kecamatannya.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَوْ اَنَّ قُرْاٰنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ اَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الْاَرْضُ اَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتٰىۗ بَلْ لِّلّٰهِ الْاَمْرُ جَمِيْعًاۗ اَفَلَمْ يَا۟يْـَٔسِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَلَا يَزَالُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا تُصِيْبُهُمْ بِمَا صَنَعُوْا قَارِعَةٌ اَوْ تَحُلُّ قَرِيْبًا مِّنْ دَارِهِمْ حَتّٰى يَأْتِيَ وَعْدُ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ ࣖ
Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengan itu gunung-gunung dapat digoncangkan, atau bumi jadi terbelah, atau orang yang sudah mati dapat berbicara, (itulah Al-Qur'an). Sebenarnya segala urusan itu milik Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman mengetahui bahwa sekiranya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sampai datang janji Allah (penaklukkan Mekah). Sungguh, Allah tidak menyalahi janji.

(QS. Ar-Ra'd ayat 31)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement