REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Miftah Maulana Habibburohman (Gus Miftah) menggelar Open House Akbar pada Rabu (3/5/2023) malam. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto turut hadir dalam acara open house tersebut.
Dalam ceramahnya, Gus Miftah mengatakan bahwa Allah menyukai orang yang suka guyon. Gus Miftah kemudian mencontohkan bagaimana seharusnya Prabowo berdoa agar bisa terpilih menjadi presiden.
"Allah itu juga bisa diajak guyon, juga bisa diajak guyon, makanya kalau saya jadi Pak Prabowo besok doanya begini, ya Allah saya besok nyalon presiden lagi, sudah dua kali nggak jadi ya Allah masa besok nggak jadi lagi ya Allah, kira-kira begitu. Allah langsung nyoh tak kasih Pak Prabowo, begitu jenderal, pakai guyon saja," kata Gus Miftah disambut tawa Prabowo.
Ia menyambut baik kedatangan Prabowo di ponpesnya. Menurut dia, kedatangan Prabowo menunjukan bahwa ketua umum Partai Gerindra itu ingin menyambung rasa cinta dan kasih sayang.
"Orang yang mau silaturahmi, apa janji Allah? Satu, dipanjangkan umurnya, semua yang hadir panjang umur, Pak Prabowo panjang umur," ujarnya.
Gus Miftah juga mengatakan bahwa Rasulullah menjanjikan kesehatan dan rezeki bagi orang yang mau silaturahmi. Selain itu, ia juga mengajak antarumat beragama untuk hidup rukun.
"Pak Prabowo di mana-mana bilang sama saya, 'Gus, kalau bangsa ini bikin besar ayo rukun, akur, bersama', setuju? Nggak usah saling menjelek-jelekan," ajaknya.
Sementara itu, Prabowo mengaku sempat agak kelelahan usai bertemu purnawirawan TNI-Polri dalam acara reuni akbar dan halal bihalal di JEC, DIY, pada Rabu (3/5/2023) siang. Namun, rasa lelah itu diakuinya hilang setelah menyambangi Ponpes Ora Aji dan bertemu Gus Miftah
"Harus saya sampaikan bahwa hari ini sebenarnya saya tadinya cukup lelah karena beberapa ada jam ada acara dengan belasan ribu purnawirawan. Mantan panglima saya, mantan komandan saya, mantan anak buah saya, mantan rekan-rekan saya, lelah. Tapi begitu masuk ke sini kok rasanya kembali semangat," ujarnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika