REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) Iwan Ariawan mengajak masyarakat mewaspadai peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini dengan perlindungan protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi.
"Peningkatan kasus konfirmasi Covid-19 pasca-libur Idul Fitri memang sudah diprediksi," kata Iwan Ariawan di Jakarta, Kamis (4/5).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama kalangan epidemiologi hingga kini masih melakukan pembahasan perihal prediksi situasi puncak tren peningkatan kasus yang terjadi saat ini.
"Kasus Covid-19 bergejala berat dan kematian kemungkinan tidak meningkat tinggi," katanya.
Kemekes RI melaporkan penambahan jumlah kasus Covid-19 per 29 April 2023 mencapai 2.074 orang dalam sehari, menandai kenaikan laju kasus sebab menjadi yang tertinggi dalam kurun 10 bulan terakhir di Indonesia.
Kenaikan kasus juga dipengaruhi positivity rate yang meningkat menjadi 14,76 persen. Sementara untuk tingkat keterisian rumah sakit atau Bed Occupacy Ratio (BOR) juga naik jadi 8,1 persen dari total 42.293 unit ketersediaan tempat tidur.
Dalam periode 1 hingga 3 Mei 2023 sebanyak 1.423 pasien Covid-19 dilaporkan meninggal di rumah sakit, hampir separuhnya belum divaksinasi.
Iwan mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri jika ada gejala infeksi saluran pernapasan seperti demam, batuk, pilek, atau ada kontak dengan orang yang terkonfirmasi Covid-19, agar dapat diketahui apakah terinfeksi atau tidak.
Menurut Iwan, protokol kesehatan harus terus diterapkan secara disiplin dan masyarakat mendapatkan vaksin sampai booster.
Jika terinfeksi tanpa gejala atau gejala ringan, bukan lansia, bukan penderita komorbid, Iwan menganjurkan masyarakat melakukan isolasi mandiri. Jika lansia atau ada komorbid segera konsultasi ke fasilitas kesehatan.
"Dengan cara ini kita mencegah penularan ke orang lain. Protokol kesehatan tetap dilakukan dan vaksinasi Covid-19 dilengkapi, paling tidak sampai booster," ujarnya.