REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Nabi Dawud membagi waktunya menjadi empat bagian. Bagian pertama digunakan untuk bermunajat kepada Allah SWT. Kedua untuk keluarga.
Ketiga, waktu untuk memutuskan perkara di antara mereka secara hak dan menasihati mereka satu sama lain. Keempat, waktu untuk berusaha guna memenuhi kebutuhannya dan orang yang ditanggungnya.
Dr Zaki bin Muhammad Abu Sari dalam bukunya Di Pintu-Mu aku Bersimpuh, menjelaskan Nabi Dawud merupakan sosok yang sangat tangguh dalam beribadah. Dalam HR Bukhari, Nabi SAW pernah mengisahkan keistimewaan ibadah Nabi Dawud.
أَحَبُّ الصَّلاةِ إِلَى اللَّهِ صَلاةُ دَاوُدَ، وَأَحبُّ الصيامِ إِلَى اللَّهِ صِيامُ دَاوُدَ، كانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْل وَيْل وَيَقُومُ ثُلُثَهُ ويَنَامُ سُدُسَهُ وَيصومُ يَومًا وَيُفطِرُ يَومًا
"Sholat yang paling disukai Allah adalah sholatnya Nabi Dawud dan puasa yang paling disukai-Nya adalah puasanya Nabi Dawud. Beliau tidur pada pertengahan malam, bangun pada sepertiga malam, dan tidur kembali pada seperenam malam. Dan, beliau satu hari berpuasa dan satu hari tidak puasa.“
Tak hanya itu, Nabi Dawud pun dikenal sebagai nabi yang terampil. Tangannya dianugerahi Allah SWT mampu membuat baju besi. Imam Ibnu Katsir berkata, “Allah telah membantu Nabi Dawud dalam membuat baju besi untuk melindungi para prajurit yang berperang dari musuh. Allah menunjukkan cara untuk membuatnya.”
"(Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesung guh nya Aku melihat apa yang kamu kerjakan." Allah berfirman, 'Dan ukurlah anyamannya.' Maksud nya, yakni jangan pukul menggunakan paku karena bisa terbelah dan jangan mengecangkannya karena bisa retak.
Baca juga: Shaf Sholat Campur Pria Wanita di Al Zaytun, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Hukumnya
Nabi Dawud merupakan manusia pertama yang membuat baju perang dari besi baja. Sebelumnya, baju perang itu dibuat dari lempengan logam tipis. Setiap hari Nabi Dawud membuat baju besi. Dia pun menjualnya senilai enam ribu dirham.
Dalam sebuah hadits disebutkan, "Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan seseorang adalah dari hasil kerja kerasnya. Sesungguhnya Nabi Allah Dawud dahulu makan dari kerja kerasnya sendiri. Allah juga mengaruniakannya berupa kekuatan dalam ketaatan."
Di balik semua keistimewaan tersebut, Nabi Dawud tidak meninggalkan sifatnya sebagai manusia. Dr Zaki menjelaskan, tidak sempurna keimanan seseorang sebelum dia dihadapkan kepada berbagai macam cobaan kemudian bersabar dalam menghadapinya. Wallahu a'lam