Senin 08 May 2023 18:32 WIB

Ini Penyebab Hampir Seluruh Air Sumur di Yogyakarta Tercemar E.coli

Air sumur sebagian besar di wilayah Yogyakarta dinilai tak layak dikonsumsi.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Agus raharjo
Bakteri E.Coli
Foto: dw-world/dpa
Bakteri E.Coli

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sutomo menyebut bahwa hampir seluruh air sumur bakteri E.coli. Bahkan, ada juga yang hingga tercemar nitrat atau N02.

Sutomo menyebut, salah satu yang menyebabkan air sumur ini tercemar lantaran saluran limbah septic tank yang dekat dengan sumur. Terlebih, sebagian wilayah di Kota Yogyakarta sendiri merupakan wilayah padat penduduk.

Baca Juga

"Mungkin (tercemarnya) dari septic tank, dari tanah-tanah warga, kemudian mungkin karena jarak antara sumur dengan buangan septic tank itu terlalu dekat atau terlalu lama. Akhirnya dia merembet kesana (ke sumur), bisa jadi seperti itu dugaanya kalau (sumur) yang (tercemar) E.coli," kata Sutomo kepada Republika.co.id, Senin (8/5/2023).

Dikarenakan banyaknya air sumur yang tercemar, menyebabkan air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi langsung. Namun, harus dilakukan proses yang baik, seperti merebusnya hingga mendidih untuk membunuh bakteri E.coli.

"Sebetulnya kalau E.coli ini mudah, kalau ingin dikonsumsi, direbus dengan suhu mendidih. Tiga menit sudah mati karena dia bakteri. Tidak masalah (kalau mau dikonsumsi) kalau diproses dengan baik," ujar Sutomo.

Sutomo menuturkan, tercemarnya air sumur dengan E.coli maupun Nitrat ini tidak hanya terjadi di Kota Yogyakarta saja. Bahkan, wilayah yang dekat dengan Kota Yogyakarta yakni Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul juga mengalami hal yang sama.

"Kalau ada teman-teman wilayah lain di pemukiman padat, bisa jadi (air sumurnya juga) tercemar E.coli, seperti Bantul dan Sleman," tegasnya.

Salah satu warga di Kelurahan Demangan, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Desi (46 tahun) mengatakan, ia membangun septic tank dengan jarak sekitar 10 meter dari sumur. Menurutnya, jarak tersebut sudah merupakan jarak minimal untuk membangun septic tank.

Meski begitu, ia dan keluarganya juga tidak mengkonsumsi air sumur. Dengan begitu, air sumur hanya digunakan untuk keperluan MCK (mandi cuci kakus).

"Kebetulan saya dan keluarga mengkonsumsi air isi ulang, galon, jadi air sumur hanya untuk keperluan sehari-hari di luar untuk konsumsi," kata Desi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement