Selasa 09 May 2023 15:49 WIB

Pertumbuhan Ekspor Melambat, Prospek Ekonomi Cina Dipertanyakan

Impor Cina turun 7,9 persen dan ekspor tumbuh 8,5 persen.

Impor Cina mengalami kontraksi tajam pada bulan April sementara ekspor naik dengan kecepatan yang lebih lambat.
Foto: Chen Jianli/Xinhua via AP
Impor Cina mengalami kontraksi tajam pada bulan April sementara ekspor naik dengan kecepatan yang lebih lambat.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Impor Cina mengalami kontraksi tajam pada bulan April sementara ekspor naik dengan kecepatan yang lebih lambat. Ini memperkuat tanda-tanda permintaan domestik yang lemah meskipun pembatasan COVID-19 dicabut dan menumpuk tekanan pada ekonomi yang sudah berjuang menghadapi pertumbuhan global yang melambat.

Perekonomian Cina tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal pertama berkat konsumsi jasa yang kuat. Akan tetapi output pabrik telah tertinggal dan angka perdagangan terbaru menunjukkan jalan panjang untuk mendapatkan kembali momentum pra-pandemi di dalam negeri.

Baca Juga

Impor ekonomi terbesar kedua di dunia turun 7,9 persen year on year (yoy) pada bulan April. Ini memperpanjang penurunan 1,4 persen yang terlihat sebulan sebelumnya.

Sementara, ekspor tumbuh 8,5 persen, berkurang dari lonjakan 14,8 persen di bulan Maret.

"Pada awal tahun ini, orang akan berasumsi bahwa impor dengan mudah melampaui level 2022 setelah pembukaan kembali, tetapi ternyata tidak demikian," kata Xu Tianchen, seorang ekonom di Economist Intelligence Unit.

Pejabat pemerintah telah berulang kali memperingatkan tentang lingkungan eksternal yang "parah" dan "rumit" setelah meningkatnya risiko resesi bagi banyak mitra dagang utama Cina.

Penurunan tajam dalam arus perdagangan bulan lalu hanya akan memperbarui kekhawatiran tentang keadaan permintaan eksternal dan risiko yang ditimbulkan terhadap ekonomi domestik, terutama mengingat pemulihan yang lemah dari tahun sebelumnya ketika pengiriman masuk dan keluar sangat terganggu oleh pembatasan COVID-19 Cina.

"Mengingat prospek permintaan eksternal yang suram, kami pikir ekspor akan menurun lebih jauh sebelum mencapai titik terendah akhir tahun ini," kata Zichun Huang, ekonom China di Capital Economics dalam sebuah catatan.

Data tersebut tampaknya mendorong saham Hong Kong dan China daratan lebih rendah, meskipun faktor global juga berperan. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,11 persen pada sore hari sementara Indeks CSI300 blue chip China melemah 0,26 persen, setelah naik 0,5 persen sebelum istirahat makan siang.

Penurunan impor menunjukkan ekonomi dunia tidak akan dapat mengandalkan mesin pertumbuhan domestik Cina. Karena negara tersebut mengekspor kembali beberapa impornya, hal itu juga memperkuat tingkat kelemahan di beberapa ekonomi mitra dagang utamanya.

Penurunan impor semikonduktor sebesar 15,3 persen menunjukkan skala penurunan permintaan di pasar ekspor ulang untuk suku cadang tersebut.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement