REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengungkapkan alasannya tidak setuju dengan terpilihnya Ketua Pengurus Kota (Pengkot) Taekwondo yang baru. Alasannya adalah lantaran ketua tersebut berasal dari Dojang yang sama dengan DS.
"Wis beres, ketuane anyar, tapi aku ra setuju nak ketuane kui (Sudah beres, ketuanya baru, tapi saya tidak setuju ketuanya itu-Red)," kata Gibran ketika ditemui di balai kota Solo, Selasa (9/4/2023).
"(Karena ketua dari dojang yang sama) Lha iya jangan, karena orang tua pada takut, udah ada kejadian seperti itu malah ada dijadikan ketua," tambahnya.
Selain itu, Gibran juga mengungkapkan pemilihan tersebut berlangsung secara tiba-tiba. Bahkan ia mengaku tak mendapatkan undangan acara tersebut.
"Ya memang jangan itu (ketua pengkot), pemilihan lha mbuh ngerti-ngerti gawe Muskot kene ora diundang, mbuh KONI diundang nggak (Tidak tahu, tahu-tahu buat Muskot, kami tidak diundang. Tidak tahu KONI diundang tidak), belum mendengar masukan dari Dojang lain, lalu kemarin ada protes ibu-bapak korban, mosok yang dipilih dari Dojang yang sama," katanya.
Selain itu, Gibran mengungkapkan pihaknya juga punya tanggung jawab moral. Sebab, anaknya pernah belajar Taekwondo di sana.
"Ini pribadi, mengembalikan kepercayaan di situ, akeh ASN anaknya di sana gara-gara saya masukkan anak ke sana. Aku kan nduwe tanggung jawab moral ora masalah Wali Kota opo ora, anakku wes tahu ning kono (Saya kan punya tanggung jawab mora. Bukan masalah wali kota atau bukan, anak saya sudah pernah di situ). Sebagai bentuk tanggung jawab juga, pokoknya itu tugasku," katanya.
Sementara itu, ketua KONI Solo Lilik Kusnandar mengatakan bahwa sebelum pemilihan tersebut pihaknya pernah mengusulkan agar ketua berasal dari luar taekwondo. Alasannya lantaran untuk mengembalikan nama baik taekwondo setelah kasus pelecehan seksual DS kepada muridnya.
"Jauh sebelum Muskot itu kan untuk untuk mengembalikan nama baik Taekwondo. Dojang-Dojang itu saya kumpulin maksud saya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Taekwondo saya mengusulkan agar mbok ketuanya yang baru itu diambilkan yang dari luar taekwondo dulu," katanya.
"Kita carikan sosok yang berpengaruh yang bisa ngemong, yang disegani masyarakat biar masyarakat tumbuh lagi kepercayaan terhadap Taekwondo. Tapi Dojang-Dojang itu gak mau dipimpin dari luar Taekwondo. Trus saya dibenturkan AD/ART dan lain sebagainya," katanya.
Lilik menjelaskan bahwa pihaknya sebenarnya hanya memberikan saran. Ia juga mengaku tidak ada niat untuk intervensi karena Pengkot ada di bawah kewenangan Pengprov.
"Tapi gak diterima usulan kita, ya malah saya yang dituduh intervensi terlalu dalam dan sebagainya. Dari awal saya ngomong mungkin ini agak sedikit menabrak AD/ART saya ikut campur ke dalam. Tapi kan sebenarnya itu kan karena situasi dan kondisi. Kalau nggak ada apa-apa KONI gak pernah ikut-ikutan kok, semua internal cabor masing-masing," katanya mengakhiri.