REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG SELATAN -- Salah seorang perajin kain tapis asal Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Roslina mengaku bangga produknya dipakai Duta Besar RI pada acara penobatan Raja Charles III di Westminster Abbey, London, Inggris. Pelaku UMKM tersebut mengatakan, ini kedua kalinya produk kain tapisnya dipakai di acara tingkat dunia.
"Yang pertama itu waktu meninggalnya Ratu Elizabeth II, beliau memakai pakaian hitam dan tapis hitam dan yang kedua kemarin waktu acara penobatan Raja Charles III di Westminster Abbey, London, Inggris, itu Bapak Duta Besar meminta pakaian tapis yang terlihat mewah dan elegan," kata Roslina, saat diwawancarai di Lamban Panggung, Kalianda, Selasa (9/5/2023).
Dia mengatakan, Duta Besar RI memakai pakaian putih, dengan selempang yang disebut "jung sarat" dan ikat pinggang "bulu sekheti" yang membuat pakaian yang dikenakan Dubes itu lebih terlihat mewah. "Jadi saya coba padu padankan kain yang beliau kenakan lebih semarak lagi, itu yang beliau pakai itu kain putih dengan selempang tapis yang disebut jung sarat, dan ikat pinggang bulu sekheti, untuk ibunya ada siger dan kalung papan jajar," kata dia lagi.
Selanjutnya, dia juga menjelaskan, untuk kain yang dikenakan duta besar saat acara tersebut menggunakan kain motif keramik. "Alhamdulillah dengan kain motif keramik, Bapak Dubes itu pakai topinya saya bikin agak tinggi dengan ada tiga koin rupiah di kopiahnya," ujarnya.
Sebelumnya dengan mengenakan pakaian adat Lampung, Duta Besar RI untuk Inggris Desra Percaya beserta istri menghadiri penobatan Raja Charles III di Westminster Abbey, London, Inggris. "Selama dua hari, saya mendapat kesempatan langka sebagai salah satu saksi sejarah mewakili Bapak Presiden @jokowi dalam kegiatan resepsi oleh Raja," kata Desra di akun miliknya di Instagram pada Sabtu.
Dia mengatakan, dirinya mengikuti prosesi acara penobatan Raja Charles di Westminster Abbey dan jamuan makan siang oleh Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly. Ia mengaku sangat senang mengikuti acara kenegaraan itu dengan para pemimpin monarki dari Eropa dan Jepang, serta para pemimpin negara negara dan tokoh dunia.
"Rasanya bak mimpi," kata Desra, yang menganggap kehadirannya di acara itu sebagai kesempatan sekali seumur hidup.
Tradisi penobatan itu, kata dia, sudah turun temurun sejak seribu tahun lalu. Ia menilai corak modernitas monarki pada acara itu sangat kental, yang terlihat dari durasi prosesi yang dipersingkat dan pembacaan liturgi oleh Perdana Menteri Rishi Sunak, seorang penganut Hindu.
Desra mengatakan motif kain "Jung Sarat" pada busana yang dikenakannya melambangkan keagungan. Motif tersebut umumnya dipakai saat acara besar di Lampung dan proses pembuatannya memakan waktu 3,5 bulan karena menggunakan pewarna dari bahan alami.