Ahad 14 May 2023 23:12 WIB

Ada 122 Kasus Sifilis di Riau, Terbanyak di Dumai

Penyakit sifilis bisa menular sehingga suami/istri diminta setia dengan pasangannya.

Bakteri sifilis (ilustrasi). Dinkes Riau menemukan 122 kasus sifilis.
Foto: Flickr
Bakteri sifilis (ilustrasi). Dinkes Riau menemukan 122 kasus sifilis.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU — Dinas Kesehatan (Dinkes) Riau periode Januari-Mei 2023 menemukan 122 kasus penyakit raja singa atau sifilis dan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) di wilayah provinsi itu pada Januari-Mei 2023. Sebagian penderita penyakit tersebut telah diobati.

"Dari 122 kasus IMS itu tercatat sebanyak 69 penderita sudah diobati," kata Kepala Dinkes Riau Zainal Arifin dalam keterangannya di Pekanbaru, Ahad (14/5/2023).

Baca Juga

Terbanyak, kata dia, di Dumai dengan 43 kasus dan 33 pasien di antaranya sudah mendapatkan pengobatan. "Penyakit sifilis bisa menular sehingga pasangan yang sudah menikah diimbau untuk setia dengan pasangannya guna menghindari seks yang berisiko, sekaligus menekan jumlah kasus penyakit tersebut," katanya.

Kasus sifilis tersebut menyebar di kabupaten/kota di Riau kecuali Siak, yakni Dumai (43 kasus), Indragiri Hilir (33 kasus), Bengkalis (19 kasus), Pelalawan (13 kasus), Pekanbaru (5 kasus), Rokan Hilir (3 kasus) dan Kuantan Singingi (dua kasus). Selanjutnya, Indragiri Hulu, Kampar, Kepulauan Meranti, dan Rokan Hulu, masing-masing ada satu kasus.

"Pada tahun 2022 tercatat sebanyak 608 kasus sifilis di Riau dan sudah 317 pasien yang telah diobati. Kasus tertinggi di Pekanbaru 159 kasus dan Dumai 130 kasus," katanya.

Sementara itu berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penyakit sifilis terus meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2016-2022). "Dari 12 ribu kasus menjadi hampir 21 ribu kasus dengan rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus. Persentase pengobatan pasien tergolong rendah," kata juru bicara Kemenkes Muhammad Syahril.

Pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya berkisar 40 persen pasien. Sisanya, sekitar 60 persen tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.

"Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahun dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis," kata Syahril.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement