REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih mengatakan bahwa Rusia ingin membeli tambahan drone Iran untuk digunakan dalam perang melawan Ukraina. Tambahan drone ini diperlukan setelah 400 drone yang dibeli dari Teheran sebagian besar telah digunakan dan kini jumlahnya semakin menipis.
Pemerintahan Biden tahun lalu mempublikasikan citra satelit dan temuan-temuan intelijen yang mengindikasikan bahwa Iran telah menjual ratusan pesawat tak berawak ini ke Rusia. Selama berbulan-bulan, para pejabat mengatakan bahwa Amerika Serikat yakin Iran sedang mempertimbangkan untuk menjual ratusan rudal balistik ke Rusia.
Sayangnya klaim Washington tidak memiliki bukti, bahwa kesepakatan itu terjadi. "Iran juga terus menyediakan UAV (pesawat tanpa awak) serangan satu arah kepada Rusia. Sejak Agustus, Iran telah memberikan lebih dari 400 UAV kepada Rusia, terutama jenis Shahed," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, dilansir dari Associated Press, Selasa (16/5/2023).
"Rusia telah menggunakan sebagian besar UAV ini, menggunakannya untuk menargetkan infrastruktur penting Ukraina. Dengan memberikan UAV ini kepada Rusia, Iran secara langsung telah membantu perang agresi Rusia di Ukraina," kata Kirby kepada para wartawan.
Drone Shahed yang telah dibeli Rusia dikemas dengan bahan peledak dan diprogram untuk berkeliaran di atas kepala hingga menukik ke target. Drone ini seolah versi tak berawak dari pilot kamikaze Perang Dunia II yang akan menerbangkan pesawat, sarat bahan peledak ke kapal perang AS di Pasifik.
Kirby mengatakan bahwa Rusia sekarang sedang berupaya untuk mendapatkan drone yang lebih canggih lagi, yang mampu bekerja lebih mematikan. Pengungkapan terbaru ini, menurut dia, merupakan bagian dari serangkaian temuan intelijen yang terus menerus dikeluarkan oleh pemerintah untuk merinci apa yang dikatakan oleh para pejabat AS sebagai kemitraan pertahanan yang lebih dalam antara Rusia dan Iran.
Tuduhan AS adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk mendeklasifikasi dan mempublikasikan temuan-temuan intelijen, terkait penuntutan Moskow atas perang selama hampir 15 bulan di Ukraina. AS berharap dengan publikasi ini, harapannya dapat meningkatkan isolasi global terhadap Rusia.
Sementara itu, kantor Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengumumkan pada Senin bahwa mereka mengirimkan ratusan rudal pertahanan udara kepada Ukraina. Bantuan rudal ini disertai juga "drone penyerang jarak jauh" dengan jangkauan lebih dari 200 kilometer (120 mil).
Pengumuman ini muncul ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengunjungi Inggris dan tidak berhasil mendesak Sunak untuk memberikan jet tempur kepada Ukraina. Permintaan Zelenskyy itu, ketika Ukraina akan mempersiapkan serangan musim semi yang telah lama dinanti-nantikan untuk merebut kembali wilayah yang telah direbut Rusia.
Sementara itu, pemerintahan Biden mengatakan bahwa ketergantungan Kremlin pada Iran dan juga Korea Utara, telah menunjukkan keputusasaan. Hal ini terjadi di tengah perlawanan Ukraina dan keberhasilan koalisi global dalam mengacaukan rantai suplai militer Rusia dan menolak penggantian senjata yang hilang di medan perang.
Gedung Putih juga mengatakan bahwa Rusia telah berpaling ke Korea Utara untuk mendapatkan artileri. Para pejabat AS mengatakan bahwa Iran juga telah menyediakan artileri dan tank bagi Rusia untuk invasi ke Ukraina.
"Ini adalah kemitraan pertahanan skala penuh yang berbahaya bagi Ukraina, bagi kawasan di Timur Tengah dan bagi komunitas internasional," kata Kirby, yang menambahkan bahwa Iran telah menjadi "pendukung militer utama Rusia" sejak awal invasi Ukraina.
Kirby mengatakan bahwa pemerintah AS akan memperketat kontrol ekspor untuk mencegah komponen-komponen Barat masuk ke Iran untuk digunakan dalam pembuatan pesawat tanpa awak. Dia juga mengatakan bahwa sanksi lebih lanjut terhadap Iran dan Rusia mungkin akan datang.
Di pihak Iran, negara ini telah juga mengatakan akan menyediakan pesawat tanpa awak untuk Rusia sebelum dimulainya perang, tetapi tidak ketika perang berlangsung. Sementara Korea Utara membantah tuduhan AS bahwa negaranya telah menyediakan artileri untuk Rusia.
Gedung Putih telah mengatakan selama berbulan-bulan bahwa mereka telah melihat tanda-tanda yang mengkhawatirkan bahwa kerja sama militer antara Moskow dan Teheran dapat mengalir dua arah.
Menurut Gedung Putih, Iran sedang berusaha untuk membeli peralatan militer tambahan dari Rusia, termasuk helikopter serang, radar, dan pesawat latih tempur YAK-130. Dan Iran bulan lalu mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan kesepakatan untuk membeli jet tempur Su-35 dari Rusia.
Gedung Putih sebelumnya juga mengatakan bahwa Rusia dan Iran sedang mempertimbangkan untuk memulai jalur perakitan pesawat tak berawak di Rusia untuk konflik Ukraina. "Secara keseluruhan, Iran sedang mencari peralatan militer senilai miliaran dolar dari Rusia," kata Kirby.
Tuduhan-tuduhan baru ini muncul ketika Biden menuju Hiroshima, Jepang, akhir minggu ini untuk menghadiri KTT Kelompok Tujuh, di mana presiden AS diperkirakan akan melakukan panggilan kepada sesama pemimpin negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Tujuannya untuk memperketat kontrol ekspor dan sanksi-sanksi terhadap Moskow.