Kamis 18 May 2023 13:55 WIB

Teleskop Webb Deteksi Uap Air di Komet Sabuk Utama, Apa Dampaknya?

Sabuk asteroid utama itu berlokasi antara orbit planet Mars dan Jupiter.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
Para peneliti antariksa mendeteksi uap air di sekitar komet di sabuk asteroid utama, yang juga dikenal sebagai komet sabuk utama. /ilustrasi
Foto: nasa
Para peneliti antariksa mendeteksi uap air di sekitar komet di sabuk asteroid utama, yang juga dikenal sebagai komet sabuk utama. /ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti antariksa mendeteksi uap air di sekitar komet di sabuk asteroid utama, yang juga dikenal sebagai komet sabuk utama. Temuan itu didapat setelah pengamatan yang dilakukan menggunakan teleskop luar angkasa James Webb.

Dikutip dari laman Engadget, Kamis (18/5/2023), para ilmuwan sejak lama memiliki hipotesis bahwa komet dapat mengawetkan air dalam bentuk es. Akan tetapi, mereka belum memiliki bukti kuat hingga adanya temuan terbaru.

Baca Juga

Peneliti umumnya mengharapkan komet yang memiliki air ada di Sabuk Kuiper atau Awan Oort. Keduanya berlokasi cukup jauh dari matahari sehingga es bisa bertahan. Sementara, komet yang tertangkap teleskop memiliki air merupakan bagian dari sabuk utama.

Sabuk asteroid utama atau main belt itu berlokasi antara orbit planet Mars dan Jupiter. Wilayah itu dipenuhi sejumlah objek tak beraturan yang disebut asteroid atau planet kerdil. Temuan teranyar para pakar telah menciptakan teka-teki baru.

Pasalnya, instrumen Webb tidak mendeteksi karbon dioksida atau CO2 di komet sabuk utama bernama Read tersebut. Sementara, karbon dioksida biasanya mewakili 10 persen dari bahan yang berpotensi menguap di komet. Kelompok penelitian berspekulasi bahwa CO2 hilang selama miliaran tahun, atau bahwa Read terbentuk di bagian Tata Surya yang relatif tidak memiliki CO2.

Komet Read adalah salah satu benda pertama yang digunakan untuk menetapkan kategori komet sabuk utama. Teleskop Webb jadi peralatan pertama yang cukup kuat untuk mempelajari komet ini secara mendetail.

Pengamatan lebih lanjut diperlukan untuk memahami apakah ketiadaan CO2 di Read adalah kebetulan atau kondisi serupa ada di komet sabuk utama lainnya. Anggota tim peneliti, Stefanie Milam, menyarankan pelaksanaan misi pengumpulan sampel guna membantu mempelajari lebih lanjut tentang komet tersebut.

Misi itu dianggap jauh lebih "terjangkau" daripada misi untuk mendalami kondisi komet lain. Sebagai perbandingan, Sabuk Kuiper kira-kira berlokasi di tepi orbit Neptunus, sedangkan Awan Oort berjarak kira-kira dua tahun cahaya dari Bumi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement