REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Polres Tasikmalaya Kota, Jawa Barat, menyelidiki laporan guru pesantren yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di dalam rumah pada Senin (8/5/2023). Polisi membantah isu guru pesantren itu korban pembunuhan.
Sebelumnya polisi mendapat laporan soal guru pesantren yang diduga meninggal dalam rumahnya di wilayah Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Tasikmalaya Kota AKP Agung Tri Poerbowo, berdasarkan hasil pemeriksaan tim Inafis, guru berinisial NI (46 tahun) itu meninggal karena sakit.
“Saat dicek, meninggalnya itu karena sakit. Bukan karena ada yang membunuh atau motif lain,” kata Agung, Kamis (18/5/2023).
Agung membenarkan ada bekas ceceran darah saat korban ditemukan meninggal dunia. Namun, kata dia, kemungkinan besar darah itu dikarenakan korban terjatuh, bukan karena akibat tindakan dari orang lain. “Tidak ada luka akibat benda tumpul atau tajam. Ini karena sakit,” ujar Agung.
Menurut Agung, pihak keluarga membuat pernyataan agar tidak dilakukan autopsi terhadap jenazah guru pesantren itu. Ia mengatakan, pihak keluarga juga sudah menerima kejadian itu.
Kepala Polsek (Kapolsek) Cibeureum AKP Nandang Rokhmana sebelumnya menjelaskan, polisi awalnya menerima laporan dari masyarakat soal warga yang diduga meninggal dunia. Ketika itu, kata dia, kondisi rumah warga yang diduga meninggal dunia itu dalam keadaan terkunci dari dalam.
“Kami kemudian melakukan pendobrakan bersama tokoh masyarakat dan ditemukan yang bersangkutan dalam keadaan meninggal dunia,” kata Nandang, saat mengevakuasi jenazah warga yang diketahui merupakan guru salah satu pesantren itu.
Menurut Nandang, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, kondisi rumah warga tersebut masih dalam keadaan rapi. Warga tersebut diperkirakan meninggal dunia dua atau tiga hari sebelum jenazahnya ditemukan.