Sabtu 20 May 2023 17:59 WIB

Makan Oyster Mentah, Ahli Mikrobiologi Ungkap Bahayanya Bagi Kesehatan

Bakteri Vibrio bisa masuk ke tubuh melalui konsumsi makanan laut mentah.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Oyster mentah. Ada risiko kesehatan yang membayangi seseorang yang memakan oyster mentah saat temperatur lautan menjadi lebih hangat akibat perubahan iklim.
Foto: www.freepik.com
Oyster mentah. Ada risiko kesehatan yang membayangi seseorang yang memakan oyster mentah saat temperatur lautan menjadi lebih hangat akibat perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aspek keamanan saat menyantap hidangan tiram mentah atau oyster kini tengah menjadi perhatian. Sebab, ada risiko penyakit yang cukup parah akibat menyantap oyster ditengarai karena perubahan iklim yang membuat laut jadi lebih hangat.

Ahli mikrobiologi bernama Morticia dari Boise, Idaho, Amerika Serikat (AS), berbagi risiko yang terkait dengan makan tiram atau hidangan laut apa pun saat temperatur lautan menjadi lebih hangat akibat perubahan iklim. Salah satunya adalah risiko infeksi bakteri Vibrio vulnificus.

Baca Juga

Bakteri yang ditemukan di lingkungan laut itu dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan laut mentah atau memaparkan luka ke air laut tempat bakteri ditemukan. Morticia menyampaikannya dalam sebuah tayangan video yang diunggah ke media sosial.

"Oyster sangat rentan karena mereka adalah penyaring makanan, sehingga bakteri ini dapat masuk ke dalam organisme dan terjebak di jaringannya," ujar Morticia, dikutip dari laman Huffington Post, Sabtu (20/5/2023).

Seseorang tidak dapat mengetahui apakah oyster terkontaminasi bakteri Vibrio hanya dengan melihatnya. Pasalnya, bakteri tidak membuat oyster terlihat, berbau, atau memiliki rasa yang berbeda.

Sulit untuk mengetahui bahwa seseorang telah terpapar Vibrio sampai benar-benar mengalami gejalanya. Meskipun tingkat infeksi Vibrio tergolong rendah, jumlah kematian yang terjadi akibat infeksi seusai makan tiram termasuk tertinggi di AS.

Jika seseorang sehat dan punya kondisi imunokompeten yaitu sistem kekebalannya dapat bekerja dengan baik, maka tubuh dapat secara alami membersihkan infeksi. "Tetapi, dalam konteks infeksi jaringan atau seseorang yang sudah memiliki sistem kekebalan yang lemah, infeksi ini dapat dengan cepat menjadi fatal," kata Morticia.

Wabah Vibrio terakhir terjadi di AS pada 2019, menyebabkan penyakit gastrointestinal (organ pencernaan) terkait dengan oyster yang diimpor dari Meksiko. Tidak ada kematian yang dilaporkan selama periode wabah.

Pemimpin program nasional di Divisi Kesehatan Hewan dan Akuakultur, Institut Pangan dan Pertanian Nasional USDA, Timothy J Sullivan, menjelaskan lebih lanjut perbedaan gejala infeksi Vibrio antara orang sehat dan orang dengan gangguan kekebalan. Ketika orang sehat terkena infeksi Vibrio, biasanya mengalami gangguan gastrointestinal ringan, demam, menggigil, kram, diare, atau mual dalam waktu 48 jam setelah konsumsi tiram. Kematian sangat jarang terjadi.

Sementara, bagi individu dengan kondisi medis tertentu, infeksi dapat menyebabkan efek samping yang parah. Karena sistem kekebalan berperan dalam mempertahankan tubuh dari infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus, Vibrio menempatkan mereka pada risiko komplikasi yang lebih tinggi, salah satunya adalah sepsis.

Sepsis merupakan komplikasi infeksi yang mengancam jiwa. Sepsis primer, atau respons ekstrem tubuh terhadap infeksi, muncul pada sekitar 60 persen kasus Vibrio. Orang dengan penyakit tertentu, termasuk penyakit hati kronis, diabetes, kanker, penyakit ginjal, HIV, atau kondisi gangguan kekebalan lainnya, dapat lebih mudah terkena sepsis.

Akibatnya, infeksi dapat dengan cepat menyebabkan kerusakan jaringan dan kegagalan organ jika tidak ditangani. Ketika gejala gastrointestinal sama sekali tidak ada (terjadi pada 10-15 persen orang yang terkena infeksi), risiko sepsis dan kasus kematian jauh lebih rendah. "Selalu ada risiko yang terkait dengan makan tiram mentah. Namun, mencegah konsekuensi dapat dimulai dengan persiapan, mengetahui dari mana tiram berasal, dan mengenali gejala infeksi," kata Sullivan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement