REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Setelah dua dekade berkuasa, dukungan terhadap Presiden pejawat Recep Tayyip Erdogan seolah tak pernah lekang. Dalam sebuah konvensi pengemudi taksi di Istanbul, para pendukung Erdogan menggantungkan harapan bahwa presiden pejawat itu dapat memenangkan pemilu putaran kedua dan memperpanjang masa jabatannya.
Erdogan memiliki karisma tersendiri di kalangan pendukungnya. Erdogan mampu mengendalikan kerumunan seperti konduktor orkestra.
Para pendukungnya bersorak dan bertepuk tangan, bahkan mencemooh lawan politiknya sesuai isyarat. Konvensi pengemudi taksi digelar di sebuah tempat pusat konvensi tepi sungai di Istanbul, yang dibangun ketika Erdogan menjabat sebagai wali kota Istanbul.
Konvensi mencapai puncaknya saat Erdogan menyerukan, "Satu Bangsa, Satu Bendera, Satu Tanah Air, Satu Negara." Saat itu, banyak pengemudi yang sudah tua ikut berdiri, dan mengangkat satu tangan untuk memberi hormat.
Ayse Ozdogan, seorang wanita berkerudung yang berpakaian konservatif, datang lebih awal bersama suaminya yang seorang sopir taksi untuk mendengarkan pidato Erdogan. Sebuah kruk diletakkan di kursi di sebelah Ozdogan.
"Erdogan adalah segalanya bagi saya kata Ozdogan, dengan senyum lebar.
"Kami tidak bisa pergi ke rumah sakit sebelumnya, tapi sekarang kami bisa berkeliling dengan mudah. Kami memiliki transportasi. Kami memiliki segalanya. Dia telah memperbaiki jalan. Dia telah membangun masjid. Dia telah membangun negara dengan kereta api berkecepatan tinggi dan jalur bawah tanah," ujar Ozdogan, dilaporkan BBC, Jumat (26/5/2023).
Pesan nasionalis Erdogan menarik banyak orang, termasuk Kadir Kavlioglu (58 tahun), yang telah mengemudikan minibus selama 40 tahun. "Karena kami mencintai tanah air dan bangsa kami, kami berjalan dengan mantap di belakang presiden," ujarnya.
"Kami bersamanya di setiap langkah. Apakah harga kentang dan bawang naik atau turun. Presiden Erdogan adalah harapan kami," kata Kavlioglu.
Kendati harga makanan meroket dan inflasi mencapai 43 persen, Erdogan tetap unggul dalam pemilu putaran pertama dengan memperoleh 49,5 persen suara. Erdogan dijagokan memenangkan pemilu putaran kedua. Bahkan Erdogan juga unggul di sejumlah wilayah yang terkena dampak gempa dahsyat pada Februari lalu. Ketika terjadi gempa, pemerintahan Erdogan menuai kritik karena respon yang lambat.
"Saya pikir dia adalah politisi Teflon (terhebat). Dia juga memiliki sentuhan umum. Anda tidak dapat menyangkalnya. Dia memancarkan kekuatan. Itu satu hal yang tidak dimiliki oleh (kandidat oposisi Kemal) Kilicdaroglu," kata Profesor Soli Ozel, yang mengajar hubungan internasional di Universitas Kadir Has Istanbul.
Siapa pun presiden Turki berikutnya, nasionalisme sudah menjadi pemenang di negara itu. Para pemilih telah memilih parlemen paling nasionalis dan konservatif yang pernah ada. Koalisi Partai AK (Keadilan dan Pembangunan) pimpinan Erdogan tetap memegang kendali.
Pada Ahad (28/5/2023) para pemilih akan pergi ke tempat pemungutan suara untuk pemilu putaran kedua. Erdogan menjanjikan abad Turki baru jika dia terpilih kembali. Pendukung Erdogan mengatakan, dia akan memberikan lebih banyak pembangunan dan membuat Turki lebih kuat. Sementara para pengkritiknya mengatakan, kemenangan Erdogan berarti akan ada lebih banyak Islamisasi, dan masa depan yang suram.