Ahad 28 May 2023 19:23 WIB

Putin Ingin Pergerakan Cepat Sipil dan Militer ke Wilayah Ukraina yang Telah Diduduki

Belakangan, serangan ke daerah-daerah perbatasan Rusia meningkat intensitasnya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Endro Yuwanto
 Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Foto: Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin via AP
Presiden Rusia, Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pasukan negaranya memperketat keamanan di wilayah perbatasan. Hal itu guna memastikan percepatan pergerakan militer dan sipil di wilayah Ukraina yang kini sudah berada di bawah kontrol Moskow.

“Penting untuk memastikan pergerakan cepat kendaraan dan kargo militer serta sipil, termasuk makanan, bahan bangunan, bantuan kemanusiaan yang dikirim ke subjek baru Federasi (Rusia),” kata Putin dalam pesan yang diunggah di saluran Telegram Kremlin, seperti dilansir dari Reuters, Ahad (28/5/2023).

Baca Juga

Intensitas serangan ke daerah-daerah perbatasan Rusia meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Ukraina mengerahkan pesawat nirawak (drone) untuk melancarkan serangan tersebut. Kursk dan Belgorod adalah wilayah di perbatasan yang paling sering menjadi sasaran penyerangan.

Serangan ke Kursk dan Belgorod telah merusak infrastruktur listrik, kereta api, serta militer di kedua wilayah itu. Ukraina hampir tidak pernah secara terbuka mengeklaim bertanggung jawab atas serangan ke wilayah Rusia atau wilayah yang kini diduduki Rusia.

Pada Sabtu (27/5/2023) lalu, Ukraina mengindikasikan siap meluncurkan serangan balasan yang telah lama dijanjikan. Ukraina akan berusaha merebut kembali wilayah yang kini berada di bawah kontrol Rusia.

Pada 30 September 2022, Vladimir Putin diketahui telah mengesahkan bergabungnya Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia ke Rusia. Empat wilayah tersebut sebelumnya berada di bawah pendudukan Rusia.

Pada 23 hingga 27 September 2022, keempat wilayah itu menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia. Moskow mengeklaim, sekitar 98 persen pemilih dalam referendum setuju untuk bergabung.

Ukraina dan sekutu Barat-nya menolak hasil referendum tersebut dan menilai referendum itu telah diatur sedemikian rupa hasilnya oleh Moskow. Kendati ditolak dan ditentang, Rusia tetap melanjutkan rencananya “merebut” keempat wilayah itu. Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia mewakili 15 persen dari luas wilayah Ukraina. Jika digabung, luasnya setara dengan luas Portugal.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement