REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL – Dengan penghitungan suara yang hampir 100 persen di beberapa media Turki, pejawat Presiden Recep Tayyip Erdogan mendeklarasikan kemenangan dirinya dalam pertarungan putaran kedua pilpres, Ahad (28/5/2023).
Media pemerintah, Anadolu Agency menyatakan berdasarkan data tak resmi dengan penghitungan suara mencapai 97 persen Erdogan terpilih kembali menjadi presiden. Ia memperoleh 52,1 persen sedangkan Kemal Kilicdaroglu 47,9 persen.
Sementara, Yeni Safak menyatakan, dengan penghitungan suara sebanyak 98,3 persen yang dilihat pada pukul 24.16 WIB, Erdogan berhasil menghimpun 52,1 persen dan Kilicdaroglu 47,9 persen suara dukungan.
Erdogan menegaskan, Turki menuntaskan putaran kedua pilpres dengan dukungan kuat bagi bangsa. ‘’Kita akan menjalankan pemerintahan untuk lima tahun mendatang. Insya Allah kami menjaga kepercayaan Anda semua,’’ katanya di atas atap bus kepada pendukungnya di Istanbul, seperti dilansir Aljazirah.
Dalam pidatonya itu, ia menyatakan telah 20 tahun telah bersama rakyat menjalankan pemerintahan Turki. Ia berterima kasih karena sekali lagi memberikan kepercayaan kepadanya menjalankan tanggung jawab pemerintahan untuk lima tahun mendatang.
‘’Warga Turki yang berjumlah 85 juta jiwa, adalah pemenang sesungguhnya dari pilpres pada 14 dan 28 Mei ini. Pemenang sesungguhnya adalah Turki’’ ujar Erdogan. Ia mendapatkan ucapan selamat dari PM Palestina Mohammad Shtayyeh.
Lebih inklusif
Hakan Akbas, penasihat senior di Albright Stonebridge Group, mengatakan, kemungkinan Erdogan akan lebih inklusif menyusul kemenangan di pilpres ini. Ia berasalan, margin kemenangan yang tak terlalu besar, membuat partai berkuasa AKP mesti berbuat demikian.
‘’Ini negeri yang sangat terpolarisasi, sekitar 50/50. Margin kemenangan sangat dekat yaitu 52-48, maka Erdogan perlu lebih inklusif,’’ kata Akbas. Erdogan, lanjut dia, mesti merangkul oposisi di parlemen terutama dalam pembuatan undang-undang.
Selisih kemenangan pada 2018 dibandingkan tahun ini, dijelaskan Akbas, jauh berbeda. Ia menduga krisis ekonomi membuat pemilih banyak berpaling dari Erdogan. Kemungkinan, Erdogan akan mengubah sejumlah kebijakan ekonominya.
Mungkin saja, kata dia, Erdogan menaikkan tingkat suku bunga, memilih tim ekonomi yang ramah pasar guna membangun kredibilitas di mata investor. ‘’Ia seharusnya memilih pemimpin independen untuk lembaga penting seperti bank sentral.’’