REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Korban tewas akibat kecelakaan kereta api di India bertambah menjadi 288 pada Sabtu (3/5/2023). Jumlah itu diumumkan menyusul berakhirnya pencarian korban oleh tim penyelamat.
Kecelakaan fatal itu terjadi di Distrik Balasore di Odisha pada Jumat (2/5/2023) malam. Operasi penyelamatan besar-besaran pun dilakukan dengan melibatkan Pasukan Tanggap Bencana Nasional, militer, dan lembaga lainnya.
Pada Sabtu, Perdana Menteri India Narendra Modi mengunjungi lokasi kecelakaan. Dia meninjau operasi pencarian dan penyelamatan dan berinteraksi dengan otoritas lokal, personel dari pasukan bantuan bencana, dan pejabat perkeretaapian.
"Dia menekankan bahwa 'Seluruh Pemerintah' harus memitigasi tragedi luar biasa ini," kata Biro Informasi Pers India di Twitter tentang kunjungan Modi.
Modi meminta otoritas terkait untuk memastikan semua bantuan yang dibutuhkan diberikan kepada korban yang terluka serta keluarga mereka. Setelah bertemu dengan orang-orang yang cedera, Modi mengatakan kepada penyiar publik Doordarshan bahwa instruksi dikeluarkan untuk penyelidikan menyeluruh.
Modi menyebut, mereka yang dinyatakan bersalah akan dihukum berat. Dia berjanji bahwa pemerintah akan berupaya keras untuk memberikan perawatan kepada korban yang terluka.
Sebelumnya, Modi mengadakan pertemuan di New Delhi untuk mendapatkan pengarahan tentang situasi setelah kecelakaan kereta api. Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh pusat operasi darurat Odisha pada Sabtu menggambarkan kecelakaan itu sebagai kecelakaan tiga arah, yang melibatkan Bengaluru-Howrah Superfast Express, Coromandel Express, dan kereta barang di tiga jalur terpisah di stasiun pasar Bahanaga.
"Sebanyak 17 gerbong dari dua kereta ini telah tergelincir dan rusak parah," demikian laporan tersebut, yang mencatat sekitar 1.000 orang terluka.