Senin 05 Jun 2023 04:25 WIB

Alasan Orang Muhammadiyah tak Baca Doa Qunut, tidak Ikut Tahlilan, dan Disebut Anti Ziarah Kubur

Muhammadiyah lahir sebagai gerakan pembaruan dan pemurnian tauhid umat Islam.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
Warga Muhammadiyah menjalankan sholat berjamaah. Orang Muhammadiyah tidak membaca doa Qunut ketika Sholat Subuh.

Warga<a href= Muhammadiyah menjalankan sholat berjamaah. " />
Warga Muhammadiyah menjalankan sholat berjamaah. Orang Muhammadiyah tidak membaca doa Qunut ketika Sholat Subuh.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Perdebatan di akar rumput umat Islam tentang tata cara ibadah orang Muhammadiyah dan sejumlah kaum Muslimin di Indonesia tidak ada habisnya. Praktik ibadah seperti tidak membaca doa Qunut ketika Sholat Subuh, tidak pernah ikut tahlilan, hingga disebut anti-ziarah kubur melekat kepada orang Muhammadiyah yang dianggap bertentangan atau paling tidak berlainan. Lantas apa alasannya?

1. Tidak Baca Doa Qunut Saat Sholat Subuh

Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan Muhammadiyah tidak mempersoalkan soal penggunaan doa Qunut. "Qunut di Muhammadiyah tidak mempersoalkan qunut. Saya belum pernah menemukan di Majelis Tarjih Muhammadiyah menfatwakan qunut bidah, kecuali wahabi. Tak pernah saya temukan (fatwa bidah soal doa qunut dari Muhammadiyah)," kata UAH dalam satu ceramahnya.

Bahkan faktanya saat sholat berjamaah ketika imam memakai doa qunut ketika sholat subuh, jamaah di belakang tetap mengaminkan. "Ketika imamnya di depan tidak qunut makmumnya di belakang tidak perlu sujud sahwi. Di tataran konsep di atas sudah selesai," kata UAH.

BACA JUGA: Di Masjid Muhammadiyah Usai Sholat tak Ada Dzikir dan Doa Berjamaah, Ini Alasannya

Menurut UAH yang menyebabkan sering terjadinya perbedaan karena belum tuntas informasi dari atas ke akar rumput atau jamaah di bawah. "Apa yang menyebabkan informasi tidak tuntas informasi di bawah karena belum tampilnya dan disemarakannya dakwah seperti Gus Baha, Gus Qoyum, di Muhammadiyah ada kami dan teman-teman yang lain," kata UAH.

Pendapat UAH pun diperkuat dengan pernyataan Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha. Menurut murid Mbah Moen tersebut perbedaan fiqih tersebut adalah hal yang biasa dalam Islam.

BACA JUGA: Halal Darah Warga Muhammadiyah, Gus Baha: Perbedaan Fiqih NU dan Muhammadiyah Lumrah dalam Islam

Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA ini menyebut perbedaan NU dan Muhammadiyah hanya berbeda pandangan fiqih seperti qunut dalam Sholat Subuh. Muhammadiyah, kata Gus Baha, mengikuti pendapat fiqih Imam Abu Hanifah yang tidak qunut subuh, sedangkan NU mengikuti pendapat Imam Syafi'i yang qunut subuh.

"Kita juga sepakat dengan ilmunya, kita tahu Imam Abu Hanifah itu tidak qunut, Imam Syafi'i itu qunut. Tidak qunut itu mazhabnya Imam Abu Hanifah bukan mazhabnya Mbah Ahmad Dahlan, kita (NU) qunut mazhabnya Imam Syafi'i bukan mahzhabnya Mbah Hasyim," kata Gus Baha dalam satu ceramahnya.

BACA JUGA: Doa Qunut Sholat Subuh, Arab, Latin, dan Artinya, Mengapa Muhammadiyah tak Amalkan Qunut?

Gus Baha berpendapat, gesekan-gesekan antara NU dan Muhammadiyah karena membawa identitas dalam memandang perbedaan. Padahal menurut Gus Baha tokoh-tokoh terdahulu dua ormas mengedepankan dialog ilmu, sehingga saling memahami perbedaan.

"Dulu itu tidak ada masalah, karena semua dianalisis dengan ilmu. Sekarang pakai identitas, tidak qunut itu Muhammadiyah, yang qunut itu NU. Kan jadi repot. Dulu itu kita pengagum NU, bukan pengagum perbedaan," ucap Gus Baha.

BACA JUGA: Gus Baha: Sampai Kiamat Pun Palestina-Israel tak Bisa Berdamai

Orang Muhammadiyah juga tidak pernah ikut tahlilan, karena...


Ilustrasi tahlilan. Warga Muhammadiyah tidak pernah ikut atau menggelar<a href= tahlilan untuk orang yang sudah meninggal dunia. Foto: Republika." />
Ilustrasi tahlilan. Warga Muhammadiyah tidak pernah ikut atau menggelar tahlilan untuk orang yang sudah meninggal dunia. Foto: Republika.

2. Tidak Pernah Ikut Tahlilan

Bagi warga Muhammadiyah menggelar acara tahlilan untuk orang yang sudah meninggal dunia, baik tahlilan hari pertama, ketiga, ketujuh, seratus, atau seribu tidak ada dalam tuntunan Rasulullah. Kalau pun ada orang Muhammadiyah yang ikut tahlilan di rumah tetangganya, biasanya akan diam saja tanpa ikut membaca doa.

"Di situlah uniknya orang Muhammadiyah, tidak tahlilan tetapi tetap bertahlil," kata Ketua Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr M Saad Ibrahim MA.

BACA JUGA: Perbedaan dan Persamaan Kristen Muhammadiyah (KrisMuha) dengan NU Cabang Kristen

.

Penjelasan Dr Saad disampaikan saat memberikan sambutan pada Resepsi Milad Ke-109 Muhammadiyah yang digelar di Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (27/11/2021). Perayaan milad bertema Muhammadiyah Era Disrupsi Digital ini juga disiarkan Zoom dan YouTube.

Saad menjelaskan ada dimensi religiusitas menjadi bagian penting dari gerak organisasi ini. Karena Muhammadiyah adalah al-harakah al-Islamiyah dan minal harakatil Islamiyah. "Saya sebut minal artinya mim bakdhil harakatil Islamiyah. Termasuk yang lain-lain tadi juga al-harakah al-Islamiyah,” ucap Dr Saad.

BACA JUGA: Benarkah Orang Muhammadiyah Anti Ziarah Kubur?

Keragaman di Muhammadiyah menurut Dr Saad itu unik. Sebab jika diamati, warga Muhammadiyah tidak terlalu panjang ketika wiridan dan tidak terlalu banyak membaca shalawat untuk nabi. Selain itu, kata dia, warga Muhammadiyah juga tidak melakukan tahlilan, tetapi tetap bertahlil.

"Karena hallala yuhalilu tahlilan itu artinya benar-benar membaca la illa ha ilallah," kata dia.

BACA JUGA: Apa Itu Kristen Muhammadiyah (KrisMuha)?

Mengapa orang Muhammadiyah dianggap berbeda. Menurut Dr Saat karena warga Muhammadiyah energinya juga digunakan untuk membangun umat. "Tidak sekadar hablum minallah kuat tetapi hablum minannaasnya lemah. Keduanya kita mencoba menyeimbangkan," kata dia.

Wujud konkretnya tentu dalam bentuk sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan dan juga pondok pesantren. "Ini bagian hablum minannaas yang dibangun terus-menerus oleh Muhammadiyah,” kata Saad menjelaskan.

BACA JUGA: Pindah ke Arab Saudi, Cristiano Ronaldo Jadi Warga Muhammadiyah?

Orang Muhammadiyah juga dianggap anti ziarah kubur, alasannya karena tradisi nyekar...


Ziarah kubur. Orang Muhammadiyah dianggap anti-ziarah kubur atau nyekar, terutama ketika menjelang Ramadhan dan Lebaran yang menjadi tradisi di Indonesia.
Ziarah kubur. Orang Muhammadiyah dianggap anti-ziarah kubur atau nyekar, terutama ketika menjelang Ramadhan dan Lebaran yang menjadi tradisi di Indonesia.

3. Dianggap Anti-Ziarah Kubur

Muhammadiyah disebut melarang ziarah kubur atau nyekar, terutama ketika menjelang Ramadhan dan Lebaran yang sudah menjadi tradisi di Indonesia. Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Syafiq A. Mughni mengatakan semua tudingan tersebut adalah manipulasi informasi yang mungkin sengaja disalahgunakan untuk melakukan pembelaan terhadap tradisi-tradisi yang juga mendapatkan banyak kritik.

”Tidak ada larangan ziarah kubur di Muhammadiyah dan Islam. Yang diharamkan itu bukan ziarahnya. Akan tetapi seringkali ziarah dipakai masyarakat untuk berwasilah pada yang mati,” kata Syafiq dalam Kajian Ramadhan 1438 Hijriyah Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) bertema ‘Implementasi Ideologi Muhammadiyah: Tantangan Aspek Keagamaan dan Kebangsaan’.

BACA JUGA: Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

.

Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini menjelaskan, hukum asal ziarah kubur adalah mubah. Hadits yang menjadi dasarnya, kata Prof Syafiq adalah “kuntu nahaytukum ‘an ziyaratil qubur, ala fazuruha faiinnaha tudzakkirul maut".

“Artinya, dulu aku melarang ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah karena hal itu mengingatkan mati,” kata Syafiq.

BACA JUGA: KH Ahmad Dahlan KH Hasyim Asyari Bersahabat, Muhammadiyah dan NU Sebenarnya Satu Guru Satu Ilmu

Dalam kajian Ushul Fiqih, kata perintah yang datang setelah larangan sebagaimana dalam masalah ziarah kubur ini, bukanlah sesuatu yang wajib. "Al-amru ba’da al-nahyi yufidul ibahah. Artinya, sebuah perintah yang muncul setelah larangan itu menunjukkan kemubahan,” tambah Syafiq.

Dia menjelaskan, dahulu Nabi Muhammad SAW melarang ziarah kubur karena iman yang masih rentan terhadap kemusyrikan. Kemudian diperbolehkan ketika iman sudah kuat dan karena itu tidak lagi rentan,” ucap guru besar yang baru meluncurkan buku “Manifestasi Islam” itu.

BACA JUGA: Muhammadiyah dan Kiai Ahmad Dahlan tak Alergi Budaya Serta Pertunjukan Wayang

Jika ziarah itu diperbolehkan, maka berlakulah kaidah umum yang disampaikan Nabi Muhammad Rasulullah SAW dalam sabdanya, “inamal a’malu binniyyat (bahwa sesungguhnya segala amal itu tergantung niatnya)". “Maka, jika niat berziarah itu untuk mengingat mati, tentu saja baik. Tetapi, jika niatnya adalah meminta-minta kepada mayat yang ada di kuburan itu, tentu menyebabkan kemusyrikan,” jelas Syafiq.

Pada zaman pertengahan dalam sejarah Islam, Prof Syafiq menjelaskan, banyak orang mengeramatkan kuburan orang suci atau dalam tradisi Islam disebut wali. Mereka berziarah dengan tujuan tertentu, orang sakit minta sembuh, orang miskin minta kaya, dan orang sedih minta bahagia.

BACA JUGA: Kapan Varian Kristen Muhammadiyah (KrisMuh) Lahir?

Para peziarah itu yakin orang yang dikubur itu bisa memberikan pertolongan terhadap hajat mereka. Atau setidak-tidaknya orang yang sudah dikubur mampu menyampaikan permintaan mereka kepada Tuhan.

“Keyakinan itu didasarkan pada anggapan bahwa orang yang diziarahi itu dekat dengan Tuhan sehingga bisa menjadi perantara (wasilah) yang efektif untuk menyampaikan apa yang diminta oleh penziarah,” ucap Syafiq.

BACA JUGA: Perbedaan dan Persamaan Kristen Muhammadiyah (KrisMuha) dengan NU Cabang Kristen

Kuburan pun pada zaman “kegelapan” itu pun menjadi meriah karena keyakinan itu. “Bahkan, menurut Fazlur Rahman, pada abad-abad pertengahan, kuburan lebih meriah daripada masjid. Di sana ada bazar atau pasar malam yang meriah dan orang berdatangan dari tempat yang jauh," kata dia.

Majelis Tarjih Muhammadiyah membolehkan ziarah dengan merujuk kepada hadist Rasulullah SAW, “Diriwayatkan dari Buraidah ia berkata, Rasulullah saw bersabda; Dahulu aku pernah melarang ziarah kubur, maka telah diizinkan bagi Muhammad berziarah kubur ibundanya. Maka berziarahlah kubur, sebab hal itu mengingatkan akhirat.” [HR Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan al-Hakim]

BACA JUGA: Gus Dur Nonton Wayang Ngumpet-Ngumpet karena Takut Diomelin Mbah Hasyim

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir pernah menyatakan ziarah kubur itu sunnah Nabi Muhammad SAW. Tujuannya untuk mendoakan, mengingat mati, dan mengingat akhirat.

Namun Haedar Nashir berpendapat tidak perlu sering-sering ziarah kubur. “Meski sunnah, tidak perlu terlalu sering berziarah kubur. Banyak sunnah Nabi lainnya yang lebih besar yang harus dikerjakan untuk memajukan umat dan bangsa,” ucap Prof Haedar.

BACA JUGA: Hukum, Tata Cara, Larangan, dan Doa Ziarah Kubur: Jangan Sampai Nyekar Jadi Haram

Tonton Video Pilihan

.

BACA JUGA MENARIK LAINNYA:

> Asal Usul Tradisi Tahlilan dan Yasinan di Malam Jumat, Cara Wali Songo Dakwahkan Islam di Tanah Jawa

> Link Download GB WhatsApp, Gratis 30 Fitur Kece, Bebas Iklan, Anti-banned, Gampang Instal di HP

> Apa Itu Kristen Muhammadiyah (KrisMuha)?

> Download Lagu MP3/MP4 Gratis Pakai MP3 Juices, Mudah Unduh Video YouTube, Cepat Save di Smartphone

> Alasan Warga Muhammadiyah Sholat Subuhnya tak Pakai Doa Qunut

> Link Download GB WhatsApp Terbaru Bertebaran, Klik yang Original di Sini, Dijamin Mudah, Cepat, Puas

> Madinah Geger, Muncul Pria Berwajah dengan Usapan Malaikat di Raudah Masjid Nabawi

> Download Minecraft PE 1.19.11 Versi Update, Gratis dan Legal

> Download dan Instal GB WhatsApp (GB WA) dari Chrome: Gratis, Fitur-Fitur Menariknya Bikin Tersenyum

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

sumber : https://kurusetra.republika.co.id/posts/220856/alasan-orang-muhammadiyah-tak-baca-doa-qunut-tidak-ikut-tahlilan-dan-disebut-anti-ziarah-kubur
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement